REPUBLIKA.CO.ID, SERANG – Kenaikan beras secara tak wajar terjadi di Kota Serang selama dua pekan terakhir. Sehingga, berdampak bagi para penyedia makanan seperti warung tegal (Warteg). Bahkan, ada sebagian warteg yang mulai mensiasatinya dengan menurunkan porsinya agar tak terlalu rugi.
Salah satu pemilik warteg di Serang, Saraswati mengaku, kenaikan harga beras sangat memberatkan pedagang kecil. "Apalagi kami hanya pedagang warteg. Sebelum kenaikan beras, biasanya saya bisa membeli beras dua minggu sekali hanya Rp 2,5 juta, tapi dengan kenaikan beras bisa mencapai Rp 2,9 juta hingga Rp 3 juta. Tiap beli beras 50 kg,” katanya, Kamis (26/2)
Bahkan, ia tidak berani untuk menaikan harga jual pada makanan. Ini disebabkan, untuk mewaspadai berkurangnya pelanggan untuk makan di tempatnya. “Tidak mungkin saya menaikkan harga makanan ini. Saya terpaksa untuk mengurangi keuntungan sampai Rp 500 ribu" katanya.
Sementara itu, pemilik Warteg lainnya Ayu Sehendar di Daerah Ciracas, Kota Serang, mengungkapkan, kenaikan beras tersebut membuatnya mengurangi porsi ukuran lauk pauk yang terdapat di warteg untuk mensiasati kenaikan harga beras.
“Kalau nasi kan tidak mungkin dikurangi. Justru akan mengurangi tingkat pengunjung yang datang. Untuk siasati kenaikan, paling kita mengurangi porsi lauknya,” ujarnya.
Dampaknya juga mulai terasa dengan kenaikan harga beras tersebut sangat menyulitkan para pedangang warteg di Kota Serang “Itu harga beras saja yang naik, belum yang lain. Kan lumayan naiknya membuat kami pedangang warteg semakin terpuruk,” ungkapnya.
Pemilik warteg Barokah Susmini yang berada di daerah Kidang, Kota Serang juga mengeluhkan kenaikan beras yang sudah terjadi sejak beberpara pekan ini. Dirinya meminta kepada pihak pemerintah terkait untuk kembali menstabilkan harga beras dan sehingga usahanya kembali normal.
"Secepatnyalah pemerintah bergerak biar beras harganya stabil lagi, jokowi pasti pro kepada pengusaha kecil kaya kita ini, jangan smapai kerugian semakin besar, jangan sampai tutup usaha," keluhnya.