REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat Politik Universitas Indonesia, Sri Budi Eko Wardani menilai sengkarut yang saat ini terjadi di PPP semakin kritis. Semula menurut Dani, kubu Muktamar Surabaya alias Romahurmuzy berada diatas angin.
Kritisnya posisi PPP saat ini disebabkan munculnya amunisi baru dari pihak Suryadharma Ali (SDA) terkait pemenangan gugatannya oleh PTUN dan gugatan praperadilan yang ia layangkan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan (Jaksel). Dua langkah inilah yang membuat perseteruan antara SDA dan Romahurmuzy kian menajam.
Dani menilai, sosok Menteri Hukum dan Ham, Yassona Laoly bak kambing hitam di tengah perseteruan SDA dan Romi. Dani mengatakan, dukungan politik dari pemerintah seharusnya sebagai salah satu bentuk legitimasi bagi kubu Romahurmuzy. Namun, Dani enggan menerka lebih jauh tentang itu. Ia hanya menilai, perselisihan dalam tubuh partai tak lepas dari konflik kepentingan.
"Malah semakin banyak celah untuk kedua kubu ini berkonflik," ujar Dani, Kamis (26/2)
Dani menghimbau, mestinya perseteruan PPP tidak terjadi. Partai yang hanya memiliki suara kurang dari 10 persen saat pemilu harusnya berkaca. Perpecahan yang terjadi malah akan semakin membuat terpuruk PPP. Tokoh yang ada di dalamnya, lambat laun malah akan semakin tersingkir seiring meruncingnya perseteruan partai.