REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengungkapkan, dakwah bisa digunakan sebagai media untuk mencegah kasus begal di kalangan remaja. Dengan syarat, paradigma dan konten dakwah harus diubah. Tidak hanya membicarakan surga-neraka atau halal-haram, tetapi juga memberikan solusi tepat.
"Karena sekarang para dai tidak bisa berdakwah dan ceramah soal akhirat tanpa memberi solusi tepat. Karena begal adalah kasus serius. Dan jika para dai tidak bisa mengubah paradigma serta pendekatannya ketika berdakwah, pesan-pesan moral yang mereka sampaikan tidak akan lekat dikalangan remaja," kata Abdul, Rabu (4/3).
Abdul prihatin melihat pelaku begal yang dihakimi, lalu dibakar warga beberapa waktu lalu. Menurutnya, tindakan tersebut memperlihatkan masyarakat yang telah jauh dari agama. Ini menjadi tantangan besar untuk para dai dan pendidik. Selain itu, peristiwa tersebut memperlihatkan ketidakpercayaan masyarakat pada pihak dan lembaga kepolisian.
Abdul berharap, para dai tidak hanya mampu memberikan ceramah soal surga-neraka, tetapi juga menyodorkan solusi yang realistis. Mereka juga harus bisa mendengar keluh-kesah remaja dengan empati dan simpati. "Karena dai yang hanya memberikan ceramah soal akhirat sudah lumrah dan tidak menyentuh. Mereka harus mampu memberikan pendampingan, pendektan, dan solusi yang tepat agar pesan-pesan mereka bisa diterima remaja," tutur Abdul.