REPUBLIKA.CO.ID, BATAM-- Kota Batam Kepulauan Riau, membutuhkan tambahan 78 pelabuhan utnuk memastikan kelancaran distribusi barang dan transportasi warga di kota yang terdiri dari ratusan pulau itu.
"Kebutuhan pelabuhan 130, dan sekarang baru 40 persen yang terbangun," kata Wali Kota Batam Ahmad Dahlan di Batam, Jumat (6/3).
Pemerintah akan terus membangun pelabuhan, terutama di pulau-pulau penyangga secara bertahap. "Akan terus dibangun dan dilakukan perbaikan-perbaikan," kata dia.
Sementara itu untuk pembangunan pelantar pelabuhan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Yumasnur mengatakan pemerintah berencana membangun pelabuhan-pelabuhan dengan kualitas baik, tidak lagi terbuat dari kayu, melainkan beton.
Ia mengatakan kini terdapat 103 pelantar yang dibangun pemerintah di seluruh wilayah Batam, dan baru 30 di antaranya terbangun dari beton, sedangkan 73 lainnya masih dibangun dari kayu. Dari 73 pelantar terbuat dari kayu itu, kata Yumasnur, sebagian di antaranya dalam kondisi buruk. "Ada yang masih layak. Namun, tidak sedikit mengkhawatirkan kondisinya," kata dia.
Sebagai tahap awal, lanjut dia, pemkot menganggarkan pembangunan tiga pelantar beton dalam tahun ini, yaitu di Pulau Panjang dan Bulang Kebam. Menurut Kepala Dinas, kayu tidak cocok dijadikan bahan utama pelantar karena usianya yang singkat dan barangnya juga sudah sulit didapatkan di pasar.
Berbeda dengan beton yang memiliki konstruksi kuat yang mampu bertahan sampai puluhan tahun, apalagi dilakukan perawatan secara berkala. Sementara itu, selain oleh pemerintah daerah, pembangunan pelabuhan juga dilakukan pemerintah pusat, terutama untuk yang berlokasi di kecamatan terluar.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Batam Zulhendri mengatakan bahwa pemerintah pusat berencana membangun empat pelabuhan di Pulau Bulang, Nongsa, dan Pulau Belakang Padang. Zulhendri menyatakan bahwa pemerintah menyiapkan dana sekitar Rp6 miliar untuk membangun pelabuhan itu, mulai dari persiapan hingga pengerjaan pembangunan.