REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Hubungan komunitas Muslim Kanada dengan pemerintah berkuasa pimpinan PM Stephen Harper memburuk belakangan ini. Pernyataan keras Harper yang menyebut masjid sebagai pusat radikalisasi Islam memicu protes umat Islam Kanada dan partai oposisi.
Suasana panas ini pun mendadak sejuk ketika Menteri Pertahanan (Menhan) Jason Kenney menyampaikan pidatonya, Sabtu (7/3) di Ottawa. Kenney mengungkapkan biaya yang teramat mahal yang harus ditanggung kaum Muslim akibat perbuatan segelintir orang ekstrim mengatasnamakan Islam di seluruh dunia.
"Mayoritas yang menjadi korban gerakan distopia yang ingin membangun kalifah dari Nigeria hingga Philipina ini adalah orang-orang tak berdosa, umat Islam yang damai," kata Kenney seperti dikutip Huffington Post.
Umat Islam yang mayoritas ini, lanjut Kenney, ingin hidup membesarkan anak-anak dan keluarga dengan damai dan aman. Rakyat dan pemerintah Kanada berdiri bersama Muslim mayoritas ini.
Sejak serangan terjadi di Prancis dan Denmark, intimidasi terhadap kaum Muslim di Kanada semakin meningkat. Sejumlah politisi pun menyerukan kembali penolakan terhadap pemakaian jilbab di acara-acara publik.
Mereka secara tegas mengecam praktik-praktik agama yang menyebabkan terjadinya radikalisasi agama. Para politisi mendesak pelarangan itu bisa diterapkan agar radikalisasi agama bisa dicegah.