Rabu 11 Mar 2015 16:48 WIB

16 WNI Hilang di Turki, Ini Penjelasan Pihak Travel

Rep: Reja Irfan Widodo/ Red: Indira Rezkisari
Pemandangan Kota Turki dengan bangunan ikoniknya, Haghia Sophia.
Foto: AP
Pemandangan Kota Turki dengan bangunan ikoniknya, Haghia Sophia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Selang sehari dari batas perjanjian pertemuan dengan 16 WNI yang memisahkan diri dari rombongan tur ke Turki, pihak Smailing Tour telah melaporkan hal ini ke Kepolisian setempat dan ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Turki. Hal ini disampaikan Chief Operating Officer PT Smailing Tour Group, Davy Batubara.

Menurutnya, paket tur yang diikuti ke-16 WNI itu adalah paket tur reguler ke Turki. Sebelumnya 16 orang itu bergabung dengan 24 orang lainnya dalam paket tur yang dijadwalkan selama sembilan hari, dimulai dari 24 Februari hingga 4 Maret 2015. Namun begitu sampai di Turki pada 24 Februari, 16 orang itu langsung memisahkan diri dan berjanji bakal kembali berkumpul pada 26 Februari. Mereka beralasan, ada urusan keluarga.

Sebenarnya dari Smailing Tour sendiri sempat melarang peserta tur untuk memisahkan diri dari rombongan, dengan alasan menyayangkan jika peserta tersebut tidak menggunakan berbagai fasilitas tur, termasuk kamar hotel dan berbagai akomodasi lainnya. Namun lantaran desakan dari 16 orang tersebut untuk menemui keluarganya, ditambah adanya keluarga serta anak kecil, maka pihak Smailing Tour akhirnya memperbolehkan.

Dengan catatan adanya surat pernyataan dari mereka. Pasalnya, kondisi permintaan peserta tur untuk memisahkan diri dari rombongan tur ini baru kali ini terjadi dialami Smailing Tour.

Ke-16 WNI itu akhirnya sepakat membuat surat pernyataan dengan Smailing Tour sebagai bentuk jaminan mereka akan kembali mengikuti tur. ''Kami sempat buat surat pernyataan yang menyebutkan mereka akan kembali pada tanggal 26 (Februari) itu,'' kata Davy kepada Republika di Kantor Pusat PT Smailing Tour, Jakarta, Rabu (11/3).

Namun, pada tanggal 26 Februari, mereka tidak kembali. Akhirnya, pihak Smailing Tour mencoba menghubungi 16 orang tersebut, namun tidak berhasil. Pimpinan pemandu wisata Smailing Tour pun kemudian melaporkan hal tersebut ke KJRI dan Kepolisian setempat pada 27 Februari.

Ini memang merupakan prosedur yang sudah diterapkan begitu ada peserta tur yang tidak bergabung bersama rombongan. ''Begitu sudah susah dikontak, kami lansung membuat laporan resmi ke KJRI dan Kepolisian setempat,'' tutur Davy.

Kekhawatiran terbesar pada saat itu, 16 orang tersebut mengalami kecelakaan saat bepergian mengunjungi keluarganya dan tidak bisa kembali bergabung dengan rombongan tur. Alhasil, KJRI di Turki berkoordinasi dengan Kepolisian setempat mencari dan mendata apabila ada kejadian kecelakaan yang melibatkan WNI di Turki.

Namun hingga hari terakhir tur, 16 orang tersebut tidak juga berada di bandara. ''Kemudian begitu kami sampai di sini, Kementerian Luar Negeri langsung meminta semua data-data rombongan tersebut dan termasuk surat pernyataan yang telah mereka (16 orang) buat,'' tutur Davy.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement