REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengaku kecewa dengan sikap Otoritas Perikanan Taiwan terkait hilangnya 21 Anak Buah Kapal (ABK) berkewarganegaraan Indonesia. Sebab, pemerintah Indonesia baru mendapat informasi kehilangan hampir dua pekan kemudian.
''Kami menyayangkan karena baru tahu kabar secara resmi pada 9 Maret," kata Arrmanantha Nasir, selaku juru bicara Kemenlu, Kamis (12/3).
Ia juga menyayangkan tidak adanya urgensi dari otoritas tersebut. Namun, Arrmanantha atau yang akrab disapa Tata itu mengaku telah mendapat permintaan maaf dari pihak terkait.
''Mereka (otoritas perikanan Taiwan) menyampaikan permintaan maaf karena lebih dulu memberitahu media dibanding negara asal ABK itu sendiri,'' ujarnya.
Kini, Taiwan tengah meminta bantuan pemerintah Argentina mencari kapal Hsiang Fu Chuen yang hilang tersebut. Hal itu dikarenakan lokasi hilangnya dekat dengan Argentina. "Kapal ikan lainnya juga diminta bantu mencari," lanjut Tata.
Sejauh ini, Kantor Dagang Ekonomi Indonesia di Taipei terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Guna mendapat kepastian perkembangan pencarian para korban, Kemenlu juga telah mengirimkan perwakilannya ke Taipei.
Sebanyak 49 ABK dimana 21nya merupakan warga Indonesia hilang di kapal Hsiang Fu Chuen pada 26 Februari. Dari Otoritas Taiwan, jelas Tata, baru menerima laporan kapal hilang pada 2 Maret dari pemilik kapal. "Pemilik kapal melaporkan kepada agensi kalau ada satu kapal yang hilang," kata dia.