REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para dai selalu terbentur fasilitas untuk berdakwah. Sehingga mereka harus dibekali berbagai ketrampilan.
“Seperti di daerah timur Indonesia, yakni wilayah Papua atau NTT, mereka rata-rata mendapat kesulitan dengan fasilitas untuk menunjang dakwah,” jelas Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) KH Prof Ahmad Satori Ismail, Kamis (19/3).
Satori menjelaskan, saat ini terdapat pusat cabang dai di daerah yang berada di 32 provinsi. Ia pun memaparkan persiapan khusus yang harus dilakukan para dai yang mendapat tempat dakwah terpencil.
“Ada dua hal yang dipersiapkan,” ujarnya.
Pertama, sebagian dari kader daerah yang masih SMP dan SMA dibina di pesantren-pesantren yang ada di wilayah di Jakarta dan Bekasi dengan harapan akan menjadi kader dai di daerah.
Menurutnya, potensi dai yang berasal dari daerah akan lebih baik ketika berinteraksi langsung dengan masyarakat di daerahnya. Ha itu akan jauh lebih mudah diterima dibandingkan kader yang berasal bukan dari daerahnnya.
“Sehingga kesulitan kendala perbedaan budaya akan bisa diatasi,”katanya.
Lalu, para dai yang telah tersebar diupayakan menetap dan memiliki keturunan di wilayah tersebut. Sehingga mempunyai keterikatan dengan daerah tersebut.
Mereka pun sudah dibekali berbagai macam ketrampilan pengobatan, seperti rukyah, bekam, totok, dan lainya.
“Mereka ini kesulitan biaya dan fasilitas, meski kader sudah disiapkan secaa maksimal,”katanya.