REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG--Pelatih Martapura FC Frans Sinatra Huwae mengatakan kericuhan yang terjadi di Indonesia Super League (ISL) hingga berujung penundaan jadwal kompetisi sepatutnya tidak berimbas pada klub Divisi Utama.
"Yang bermasalah ini ISL bukan Divisi Utama. Masak mau membunuh tikus justru satu rumah dibakar?" kata Frans di sela-sela pertandingan turnamen pramusim Piala Gubernur Sumatera Selatan di Palembang, Sabtu (21/1) malam.
Ia mengatakan sejauh ini tak ada masalah di kompetisi Divisi Utama. Apalagi peraturan baru yang melarang pemain impor membuat permasalahan terkait kontrak kerja dengan pemain asing menjadi tidak ada.
"Saya berharap kompetisi Divisi Utama jangan dikacaukan. Mulai digelar saja. Saat ini klub sudah kesulitan," kata Frans.
Pelatih PSPS Pekanbaru Philep Hansen Maramic mengharapkan PSSI dan berbagai pihak terkait dapat memahami kesulitan klub terutama dari sisi finansial.
"Jadwal tidak pasti membuat pengeluaran klub menjadi membengkak. Untung, klub kami masih bagus finansialnya sejauh ini jadi bisa ikut turnamen terbuka seperti Piala Gubernur Sumsel ini," ujar dia.
Tak hanya dari finansial, tim pelatih juga kesulitan untuk menjaga psikologis pemain karena jadwal kompetisi yang tidak pasti membuat menurunkan semangat."Paling sulit adalah memompa semangat pemain. Jika berlatih-berlatih terus tanpa tahu kapan bertandingnya seperti ini, jelas sangat menyulitkan," kata dia.
Kementerian Pemuda dan Olahraga memutuskan menunda kick off ISL dari 20 Februari berdasarkan rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang menyatakan sejumlah klub belum menyertakan dokumen wajib. Sementara ini, BOPI menyatakan hanya empat klub yang masuk kategori A (kelengkapan dokumen di atas 75 persen) dari 18 kontenstan LSI 2015.