Senin 23 Mar 2015 11:23 WIB

JK Beberkan Alasan Ideologi Radikal ISIS Muncul di Indonesia

Rep: Dessy S Saputri/ Red: Erik Purnama Putra
Wapres JK didampingi Ibu Mufida berkunjung ke Bosowa Food Festival di Lapangan Karebosi, Makassar, Sabtu (28/2).
Foto: Antara
Wapres JK didampingi Ibu Mufida berkunjung ke Bosowa Food Festival di Lapangan Karebosi, Makassar, Sabtu (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai munculnya kelompok radikal ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah disebabkan oleh berbagai macam faktor. Menurut dia, tak hanya faktor ideologi saja yang membuat ISIS muncul, namun juga faktor politik dan ekonomi suatu negara.

"ISIS bukan hanya masalah ideologi, tapi juga gabungan masalah politik dan ekonomi," kata JK dalam acara International Conference on Terorrism and ISIS di Jakarta International Expo, Kemayoran, Senin (23/3).

Kalla menjelaskan munculnya kelompok ISIS di Irak dan Suriah pun tak dapat dipisahkan dari kondisi politik dan ekonomi di kedua negara tersebut. Lumpuhnya negara Irak dinilainya berimbas pada ketidakstabilan kondisi politik di negara itu. Sehingga, terjadi kelemahan dalam sistem pemerintahan.

Lanjutnya, kelompok ISIS pun kemudian memanfaatkan celah tersebut untuk masuk dan berkembang. "ISIS merupakan buah dari kelemahan suatu negara maka terjadilah seperti ini," kata Kalla.

Kalla mengatakan, kelompok radikal ISIS ini tak akan terjadi di negara lain yang kondisi pemerintahannya stabil. Menurutnya, pemerintah pun harus melakukan tindakan pencegahan terhadap ideologi kelompok yang dikenal keji tersebut.

Tak hanya itu, ia juga menyebut ideologi ISIS tersebut layaknya virus yang menyebabkan badan menjadi melemah. Sehingga, perlunya ketahanan baik politik dan perekonomian dalam suatu pemerintahan guna menangkal berkembangnya paham radikal ini.

"Tentu kita bersatu memperbaiki bangsa ini, suatu bangsa yang makmur dan stabil tidak mudah dimasuki seperti ini. Itu yang terjadi di banyak negara. Harus diperbaiki politik dan ekonomi sekaligus," jelas Kalla.

Menurut dia, untuk melawan ideologi radikal, diperlukan pemikiran dan ideologi yang benar. Dengan penyebaran ideologi yang benar, maka paham radikal pun dapat dilawan dan dilemahkan.

Kalla juga mengutip pernyataan Malala Yousafzai, gadis asal Pakistan yang sempat ditembak oleh kelompok militan, "They can shoot my body, but they can't shoot my mind. Pikiran haruslah dirubah dengan pikiran dan ideologi yang benar," kutip Kalla.

Indonesia yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam pun dinilainya lebih harmonis ketimbang negara-negara Islam lainnya. Sebab, agama Islam di Indonesia lebih moderat ketimbang agama Islam di negara lain.

N Dessy Suciati Saputri

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement