REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyaknya WNI yang bergabung dengan ISIS menimbulkan tanda tanya faktor yang mempengaruhi masyarakat ikut terlibat.
Dugaan sementara faktor ekonomi sebagai salah satu hal yang menjadi alasan mereka ikut ke dalam organisasi radikal ini.
"Mereka masuk ISIS kemungkinan untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik," kata pengamat politik Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Smith Alhadar saat dihubungi ROL, Senin (23/3).
Smith menduga WNI yang ikut ISIS ini berpikir tersedia lapangan kerja yang layak untuk dirinya dibanding di Indonesia. Masyarakat menganggap negara-negara Arab adalah negara kaya dimana ISIS terletak di dua negara Arab yaitu Irak dan Suriah. Dari wilayah kaya ini mereka merasa bisa mengubah kehidupan mereka menjadi lebih layak.
Ia mengatakan menurunnya tingkat kemakmuran yang tengah terjadi di Indonesia menjadi alasan munculnya niat tersebut. Pasalnya Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo belum membawa kesejahteraan untuk rakyat kecil. Alhasil demi memenuhi kehidupan yang lebih baik,mereka rela berjihad bersama ISIS.
Hal ini dinilainya berdasarkan kasus 16 WNI yang tertangkap di Turki. Mereka terdiri dari satu pria berusia 41 tahun, 4 perempuan berusia 30-an, serta 3 anak perempuan dan 8 anak laki-laki dengan rentang usia 1-15 tahun. Melihat ini ia menduga faktor ekonomi yang menjadi pemicu keputusan mereka.
Ditambahkannya, jika semata-mata karena jihad memerangi kafir maka perempuan dan anak-anaknya tidak perlu diajak serta. Kenyataannya semua diajak kemungkinan dengan harapan mendapatkan kehidupan lebih sejahtera sekeluarga di sana.
"Kalau tujuannya semata-mata jihad, seharusnya perempuan, anak-anak, dan bayi tidak dibawa serta seperti yang dilakukan Imam Samudera dulu," ujarnya