REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan membutuhkan senjata nuklir taktis jarak pendek untuk mencegah rivalnya, India dan Pakistan mengabaikan kekhawatiran meningkatnya risiko perang nuklir.
Penasehat Komando Otoritas Nasional Pakistan, Khalid Kidwai juga menolak keamanan senjata nuklir Pakistan. Ia bersikeras mengatakan pengamanan yang ada digunakan untuk melindungi. Hal ini tampaknya dapat menggambarkan betapa cepatnya perkembangan senjata atom dunia.
Pengembangan peledak senjata nuklir yang lebih kecil dibuat untuk digunakan di medan perang. Pengembangan nuklir di Pakistan rupanya meningkatkan kekhawatiran internasional mengingat adanya ancaman kelompok radikal Islam, terutama bila tangan jahat mereka mampu mengambil alih senjata tersebut.
Pakistan dan India sudah terlibat tiga kali perang. Keduanya telah berkali-kali melakukan pembicaraan damai selama bertahun-tahun. Tapi adanya perlombaan senjata nuklir dan rudal sepertinya tidak menunjukkan tanda-tanda meredanya perang antartetangga itu.
Sejauh ini tidak ada pihak yang mengungkapkan ukuran senjata yang ada. Namun, sebuah laporan terbaru dari Dewan Hubungan Luar Negeri memperkirakan, Pakistan memiliki bahan fisil yang cukup banyak untuk menghasilkan 110 hingga 120 senjata nuklir. Sedangkan India hanya cukup untuk 90-110 senjata nuklir.
Mantan utusan khusus India untuk pelucutan senjata dan non -proliferasi,Rakesh Sood mengatakan bila hal tersebut sangat buruk. "Sangat tdak stabil bagi negara atau untuk mengembangkan senjata nuklir taktis," katanya.
Lagipula, kata dia, India tidak memiliki rencana mengembangkan nuklir. Menurutnya, doktrin nuklir Pakistan tersebut 'berselimut ambiguitas' yang merusak kepercayaan kedua negara.