REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua DPD, Irman Gusman menyatakan tak sepakat dengan adanya sertifikasi pada ustaz dan dai oleh pemerintah. Baginya pencegahan radikalisme lebih baik diserahkan pada masing-masing ormas Islam yang ada di Indonesia.
Dia menyatakan tak ada jaminan jika sertifikasi dilakukan, radikalisme akan hilang. Soalnya bagi dia esensi masalah radikalisme bukan terletak pada sebatas sertifikat. Yang jadi esensi yakni cara menanamkan nilai nilai antiradikalisme dengan dialog di internal ormas Islam.
"Jadi bukan dengan upaya sertifikasi. Seperti guru saja disertifikasi," kata dia, Selasa (24/3).
Dengan mengembangkan dialog di internal ormas Islam, ini baginya jauh lebih efektif. Karena ormas Islam lebih paham terkait kebutuhan yang ada bagi para umatnya. Nanti dari sini proses penyaringan ideologi radikal bisa dilakukan. "Ini tantangan ke depan buat ormas Islam di Indonesia," ujarnya.
Isu ISIS menjadi hangat di Indonesia setelah ada upaya 16 orang WNI hendak berangkat ke Suriah melalui Turki. Ke 16 orang ini diduga hendak bergabung dengan ISIS.
Selain itu baru-baru ini juga terjadi penangkapan orang terkait ISIS di berbagai tempat di Indonesia. Mereka yang ditangkap antara lain Koswara dan Furqon di Tambun, Bekasi, serta Amin Mude di Perumahan Legenda Wisata, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Lalu Aprimul Hendri ditangkap di Petukangan, Jakarta Selatan. Dan yang terakhir Tuah Febriwansyah bin Arif Hasruddin alias Fahri di Pamulang, Tangerang Selatan.