Kamis 26 Mar 2015 22:10 WIB

Konferensi DIHAD: Tak Perhatikan Dampak Jangka Panjang Picu Bencana

Konferensi DIHAD di Dubai.
Foto: dok PKPU
Konferensi DIHAD di Dubai.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Bencana bisa disebabkan alam atau kelalaian manusia. Kesiapsiagaan dan kehati-hatian diyakini mampu mengurangi dampak terjadinya bencana.

Bencana karena kelalian manusia, secara umum berasal dari tindakan atau kebijakan yang kurang mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan dampak jangka panjang yang akan terjadi.

Pilihan terhadap tekonologi yang diaplikasikan dalam kehidupan manusia misalnya mengandung konsekuensi logis. Sekecil apapun teknologi yang dikembangkan manusia, ada dampak negative yang ditimbulkan.

"Dari sini sebaiknya para pengambil kebijakan mempertimbangkan dampak apa secara jangka panjang yang akan terjadi dan bagaimana kemungkinan terburuknya," kata  Margareta Wahlstroom, saat acara DIHAD (Dubai International Humanitarian Aid and Development Conference & Exhibition) di Dubai, Uni Emirat Arab baru-baru ini.

Nana Sudiana Direktur Kemitraan PKPU yang mengikuti acara tersebut, melaporkan saat metting isu-isu menarik-pun jadi bahan diskusi. Misalnya bencana Sendai di Jepang.

Margareta yang menjabat Special Refresentative of the Secretary – General for Disaster Risk Reduction,  menyatakan, bencana gempa dan kebocoran PLTN di Sendai Jepang itu sangat kompleks kondisinya,  bukan sekadar bencana biasa.

"Kondisi Sendai sudah melibatkan kebijakan negara, dalam hal ini Jepang. Bencana ini sebenarnya akan terkurangi dampaknya," katanya.

Semestinya sejak awal dibuat kebijakan yang  mampu mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi dari faktor-faktor alam atau faktor lainnya yang kemungkinan terjadi,

David Kaatrud Director Regional Office for Asia & The Pacifik, WFP Bangkok  menyatakan, kasus Sendai merupakan peristiwa yang berkaitan dengan kebijakan teknologi, ekonomi dan pembangunan sebuah negara.

"Hal ini tidak bisa berdiri sendiri, termasuk dalam penanganan pasca bencana yang terjadi di sana," katanya.

Tema DIHAD tahun ini adalah “Opportunity, Mobility and Sustainability: The Humanitarian Aid and Development Perspectives”.

Saat pembukaan, Princess UEA Haya Bint Al Hussein menyatakan, Dubai International Humanitarian Aid and Development Conference & Exhibition diharapkan mampu menghubungkan  aktivitas kemanusiaan yang telah tumbuh di berbagai negara.

"Juga menjadi ajang berbagi pengalaman bagi organisasi atau aktivis maupun komunitas kemanusiaan di tingkat regional dan internasional," katanya.

 

Disebutkan,  dunia kita ke depan adalah dunia yang damai dan penuh kebaikan. Tiada lagi dunia ini dirusak oleh penderitaan dan kemiskinan.

"Kita bertemu hari ini untuk membantu lebih memudahkan pekerjaan aktor kemanusiaan lokal dan regional yang bertujuan akhir untuk mengurangi penderitaan di seluruh dunia," katanya.

 

Seusai acara pembukaan yang diikuti peninjauan stand ekspo peserta DIHAD, acara dilanjutkan dengan konferensi. Sesi pertama mengusung tema “Disaster Reduction and Preparadness – Opportunities.

DIHAD merupakan event tahunan yang ke-12 sejak pertama kalinya di selenggarakan di Dubai,  Uni Emirat Arab pada tahun 2004. Tahun berlangsung selama tiga hari  mulai 24-26 Maret 2015 di Dubai World Trade Centre.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement