REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk industri keuangan syariah kurang inovasi. Kepala Divisi Syariah Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Yetty Rochyantini mengakui di industri asuransi syariah, produknya memang mirip. Ini berkaitan minimnya SDI.
Yang dipikirkan saat ini bagaiman hasilkan SDI komepten. Industri berharap yang SDI kompeten yang lebih banyak.
''Karena saat ini jumlahnya sedikit dan rawan pindah dengan membawa ide produk yang sama saat berada di lembaga baru. Jadi tidak inovatif,'' tutur Yetty beberapa waktu lalu.
Saat ditantang produk menciptakan produk baru, industri butuh banyak upaya untuk meyakinkan manajemen dan regulator.
Pasar masih membandingkan produk mana yang murah dan lebih baik. Yetty mengajak industri untuk mengenalkan keuangan syariah kepada masyakarat tidak tidak hanya soal hasil angkanya, tapi juga basis niatnya.
Ketua Umum Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia Yuslam Fauzi mengatakan kunci inovasi ada pada SDI karena basis inovasi adalah pengetahuan. Membangun SDI industri keuangan syariah lebih sulit dibanding konvensional, karena mereka harus punya ilmu keuangan dan ilmu syariah.
''Ini tantangan semua untuk mencari SDI berkualitas secara efektif efisien,'' kata dia.
Presiden Direktur Maybank Syariah Indonesia Norfadelizan Abdul Rahman justru melihat tidak ada masalah dalam pembentukkan dasar SDI di Indonesia, sudah banyak institusi yang mengembangkan SDI. Yang kurang, kata Norfadelizan adalah kedewasaan industri.