Sabtu 28 Mar 2015 11:10 WIB

Ini Kunci Inovasi Produk Syariah

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Satya Festiani
 Teller melayani nasabah di kantor Bank Syariah Bukopin (BSB) di Jakarta, Rabu (21/1).  ( Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Teller melayani nasabah di kantor Bank Syariah Bukopin (BSB) di Jakarta, Rabu (21/1). ( Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk industri keuangan syariah kurang inovasi. Kepala Divisi Syariah Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Yetty Rochyantini mengakui di industri asuransi syariah, produknya memang mirip. Ini berkaitan minimnya SDI.

Yang dipikirkan saat ini bagaiman hasilkan SDI  komepten. Industri berharap yang SDI kompeten yang lebih banyak.

''Karena saat ini jumlahnya sedikit dan rawan pindah dengan membawa ide produk yang sama saat berada di lembaga baru. Jadi tidak inovatif,'' tutur Yetty beberapa waktu lalu.

Saat ditantang produk menciptakan produk baru, industri butuh banyak upaya untuk  meyakinkan manajemen dan regulator.

Pasar masih membandingkan produk mana yang murah dan lebih baik. Yetty mengajak industri untuk mengenalkan keuangan syariah kepada masyakarat tidak tidak hanya soal hasil angkanya, tapi juga  basis niatnya.

Ketua Umum Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia Yuslam Fauzi mengatakan kunci inovasi ada pada SDI karena basis inovasi adalah pengetahuan. Membangun SDI industri keuangan syariah lebih sulit dibanding konvensional, karena mereka harus punya ilmu keuangan dan ilmu syariah.

''Ini tantangan semua  untuk mencari SDI berkualitas secara efektif efisien,'' kata dia.

Presiden Direktur Maybank Syariah Indonesia Norfadelizan Abdul Rahman justru melihat tidak ada masalah dalam pembentukkan dasar SDI di Indonesia, sudah banyak institusi  yang mengembangkan SDI. Yang kurang, kata Norfadelizan adalah kedewasaan industri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement