REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penurunan harga komoditas batu bara yang menyentuh kisaran di bawah 70 dolar per metrik ton di akhir tahun 2014 ternyata memberikan tekanan harga pada jasa logistik pendukung industri batu bara. Namun, masih ada secercah harapan di sektor tersebut untuk meraup untung.
“Pembangunan infrastruktur kelistrikan merupakan berita positif bagi kami, karena menyediakan opportunity dalam hal pengangkutan batu bara,”ujar Presiden Direktur PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) Rico Rustombi dalam keterangan resminya, Selasa (31/3).
Rico yakin bahwa kontribusi pengangkutan batu bara domestik dan jarak jauh atau antarpulau akan meningkat seiring rencana pemerintah Indonesia di bidang energi untuk membangun sistem pembangkit listrik dengan kapasitas 35 ribu megawatt.
Optimisme itu ia munculkan setelah ada penurunan tarif pengangkutan yang menekan marjin keuntungan di tahun 2014. Sehingga, laba kotor perseroan turun dari 60,7 juta dolar AS menjadi 43,5 juta dolar AS atau penurunan gross margin dari 40,2% menjadi 32,1%.
Demi mempertahankan pangsa pasarnya, PT MBSS pun menurunkan tarif pengangkutan dengan kompensasi volume yang lebih tinggi atau jangka waktu kontrak yang lebih panjang. Tahun 2014 lalu, Rico mengklaim telah mengangkut 52,6 juta ton batu bara.
Melalui langkah tersebut, MBSS berhasil memperpanjang 40% dari kontrak yang jatuh tempo di tahun 2014. Sementara itu, kontrak yang tidak diperpanjang sebanyak 25% berhasil dikonversi menjadi kontrak baru dan 14% sisanya dialokasikan untuk melayani pasar spot.
Rico menambahkan bahwa kemampuan MBSS untuk memberikan tarif yang kompetitif tidak lepas dari salah satu competitive advantage yang dimilikinya, yakni struktur biaya.
Direktur Keuangan dan Perencanaan MBSS Ika Bethari juga menyampaikan beberapa faktor yang menyebabkan penurunan laba bersih perseroan di tahun 2014. Selain tekanan harga, ujarnya, jumlah docking armada juga berpengaruh.
Serta kurang maksimalnya perputaran armada untuk pengangkutan jarak jauh disebabkan karena faktor cuaca buruk memaksa armada perseroan untuk berlindung (sheltering).
“Menyadari semakin pentingnya pengangkutan batu bara domestik, kami memfokuskan upayanya untuk meningkatkan manajemen armada serta kualitas SDM kapal guna memaksimalkan perputaran armada untuk pengangkutan jarak jauh,” terang Ika.