REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku tak nyaman melihat sikap politik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dalam penetapan RAPBD 2015. Hal ini dinilainya memprihatinkan.
"Saya tidak merasa nyaman melihat temen kita di DKI Jakarta. Marah itu sekali-kali baik. Tapi kalau terus-terusan jadi kurang bijak. Tapi ini fakta. Politik wajahnya jadi compang-camping," tegas Ganjar, saat memberikan pengarahan pada Musrenbangwil eks Karsidenan Pekalongan, di Brebes, Jawa Tengah, Kamis (2/4).
Awalnya pemberitaan orang nomor satu di DKI Jakarta itu menarik untuk dilihat dan didengar. Namun lama-kelamaan justru memperburuk institusi pemerintah. Kejadian serupa diminta agar tidak ditiru oleh Jateng. "Wajah eksekutif dan legislatif jadi bopeng. Sekarang ini di Jateng saya tidak mau," ungkapnya.
Politik menjadi semakin tidak etis karena adanya perebutan kekuasaan. Ia mengungkapkan fenomena bila ada seorang pejabat, baik dari kalangan eksekutif dan legislatif meninggal dunia dijadikan bahan tertawaan. Budaya demikian ini sudah melenceng dari sendi-sendi Pancasila dan UUD 1945 yang diciptakan salah satunya oleh pendiri NKRI Ir Soekarno.
Kalau ada politisi di eksekutif atau legislatif meninggal orang lain pada tertawa. Karena akan ada PAW (Pergantian Antar Waktu).