REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN--Presiden Joko Widodo dinilai mampu menunjukkan sikap cerdas dalam menanggapi perkembangan ekonomi internasional dan bresedia untuk bersikap di luar tradisi.
Dalam dialog politik yang diselenggarakan salah satu stasiun radio di Medan, Senin, ekonom dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Muhammad Ishak mengatakan kecerdasan itu dapat dilihat dari keputusan untuk terlebih dulu mengunjungi Cina dan Jepang dalam lawatan luar negerinya.
Kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia sebelumnya selalu terkesan "American minded" atau berorientasi pada Amerika Serikat.
Namun, Presiden RI yang sering dipanggil Jokowi tersebut dinilai menyadari perkembangan terkini bahwa Cina telah menjadi "raksasa" perekonomian dunia. "Hampir semua negara telah dikuasai barang 'made in China'," katanya.
Karena itu, kata dia, Jokowi terlebih dulu mengunjungi Cina sambil mempelajari berbagai kebijakan yang telah diterapkan pemimpin negara tersebut sehingga mampu berperan besar dalam perekonomian dunia.
Kunjungan ke Jepang juga disebabkan Jokowi mengetahui negara itu memiliki teknologi yang mumpuni dalam membangun tol laut sebagaimana program yang disampaikannya ketika berkampanye. "Jika dilihat secara keseluruhan, Jokowi cukup cerdas dalam menentukan kebijakan ekonomi," kata Ishak.
Namun, Ketua Nahdlatul Ulama Sumut Afifuddin Lubis menilai Jokowi seperti dua sosok yang berbeda ketika menyikapi kebijakan ekonomi luar dan dalam negeri.
Untuk kebijakan ekonomi luar negeri, Jokowi dinilai mampu menunjukkan kemampuannya dalam berbagai keputusan yang diyakini dapat menambah kemajuan Indonesia.
Ia mencontohkan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mendapatkan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) bernilai triliunan rupiah dengan pengusaha luar negeri dalam lawatan mancanegara."Begitu pulang, ada kabar gembira berupa MoU bernilai triliunan rupiah," katanya.
Namun ketika memutuskan kebijakan ekonomi domestik, mantan Wali Kota Solo dan mantan Gubernur DKI Jakarta itu terkesan bingung sehingga memunculkan indikasi diintervensi.
"Ketika menghadapai banyak kepentingan dalam urusan domestik, kemampuan Jokowi seperti hilang," kata mantan Pejabat Wali Kota Medan tersebut.