Selasa 07 Apr 2015 08:00 WIB

Menlu: 89 WNI Masih Tertahan di Yaman

Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (kiri) berbincang dengan sejumlah warga negara Indonesia yang kembali dari Yaman setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (5/4).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi (kiri) berbincang dengan sejumlah warga negara Indonesia yang kembali dari Yaman setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (5/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi menyatakan keprihatinan atas adanya warga negara Indonesia (WNI) berjumlah sekitar 89 orang yang masih tertahan di wilayah Aden dan belum bisa dievakuasi.

"Yang menjadi keprihatinan kita adalah para WNI yang berada di Aden. Ada (sekitar) 89 WNI yang masih di Aden dan belum dapat keluar ke pelabuhan untuk dievakuasi," kata Menlu Retno dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/4).

Menurut dia, beberapa hari lalu Tim Evakuasi WNI telah menyiapkan kapal laut untuk langkah evakuasi. Namun, pada saat kapal untuk evakuasi itu merapat ke pelabuhan, ada perubahan situasi keamanan yang membuat para WNI di Aden tidak bisa keluar untuk menuju ke pelabuhan.

Terkait keadaan itu, Menlu Retno mengatakan dia telah berkomunikasi dengan beberapa pihak, seperti Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan Menteri Pertahanan Arab Saudi, untuk bisa membantu proses evakuasi WNI di Yaman.

Selain itu, dia juga telah meminta Wakil Tetap RI di PBB untuk mengikuti pembahasan di Dewan Keamanan PBB guna mendorong langkah konkret terwujudnya "humanitarian pause" (jeda kemanusiaan) di Yaman.

"Jadi, apabila jeda kemanusiaan itu terjadi, kita bisa secara cepat melakukan evakuasi terutama di wilayah Aden, dimana 89 WNI masih berada di sana," ujar dia.

"Sejauh ini kita perlu bersyukur bahwa tim evakuasi kita kompak dan kuat. Saya mohon doa dari seluruh masyarakat Indonesia agar tim evakuasi yang berada di lapangan diberi kemudahan untuk menyelamatkan saudara kita di sana," lanjut Retno.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement