Kamis 09 Apr 2015 09:21 WIB

Putusan Praperadilan SDA Bisa Jadi Pertimbangan PK pada Kasus BG

 Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan ICW Emerson Juntho
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan ICW Emerson Juntho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Bidang Hukum Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson Yuntho mengatakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Mahkamah Agung (MA) harus mengambil sikap terhadap putusan praperadilan yang menolak permohonan Suryadharma Ali. Menurutnya, putusan praperadilan SDA bisa kembali membuka praperadilan Budi Gunawan.

"KPK harus mengajukan peninjauan kembali (PK) terkait kasus Budi Gunawan yang putusan praperadilan membatalkan status tersangkanya," kata Emerson Yuntho dihubungi di Jakarta, Kamis (8/4).

Emerson mengatakan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang menolak praperadilan yang diajukan mantan Menteri Agama Suryadharma Ali, bisa menjadi acuan bagi KPK untuk mengajukan PK terhadap putusan praperadilan Budi Gunawan. Namun, Emerson mempertanyakan apakah KPK mau mengajukan PK karena dia menilai ada konflik kepentingan terhadap pimpinan yang menggantikan Abraham Samad dan Bambang Widjojanto.

"Karena itu, selain KPK, MA juga harus didesak untuk mengambil sikap dengan mengeluarkan edaran untuk membatasi upaya praperadilan hanya acara pidana, bukan penetapan tersangka," tuturnya.

Emerson mengatakan MA harus mengambil upaya strategis tersebut supaya kejadian seperti dalam kasus Budi Gunawan terulang, yaitu sidang praperadilan membatalkan status tersangka.

"Kalau dibiarkan, ke depan akan banyak tersangka yang mengajukan praperadilan. Bukan hanya kasus korupsi, tetapi bisa saja kasus lain seperti narkoba dan lain-lain," katanya.

Sidang praperadilan yang diajukan Suryadharma Ali di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutuskan menolak permohonan tersebut. Hakim tunggal Tatik Hardiyanti beralasan praperadilan tidak berwenang memeriksa keabsahan penetapan tersangka.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement