REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI Angkatan Darat membantah terduga pimpinan teroris kelompok Poso, Daeng Koro, memiliki keahlian strategi yang didapatkannya saat menjadi anggota ketentaraan. Kehebatan Daeng Koro disebut cuma dibesar-besarkan saja.
"Itu cuma dibesar-besarkan gara-gara dia pernah di TNI, padahal hanya pemain voli saja," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Brigjen Wuryanto di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (9/4).
Lebih lanjut Wuryanto mengatakan, tidak mungkin keahlian strategi perang Daeng Koro sangat hebat karena pernah berlatih di korps pasukan khusus. Mengingat, kata Wuryanto, Daeng Koro tidak lulus saat masuk ke kesatuan spesial tersebut.
"Dia itu bahkan tidak lulus masuk Kopassus jadi mana mungkin strateginya hebat seperti yang di isukan orang-orang," ujarnya.
Wuryanto menambahkan bila Daeng Koro memiliki keahlian strategi saat memimpin kelompok teroris Santoso itu semata-mata didapat secara alami, namun tidak mempunyai keterampilan militer. "Keahlian strategi itu kan naluri insting manusia. Secara militer dia saya katakan gak ada," katanya.
Daeng Koro sendiri telah tewas oleh timah panas Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror saat terjadi kontak senjata di Pegunungan Sakina Jaya, Sulawesi Tengah, pada Jumat tanggal 3 April 2015 lalu.
Kepolisian menyebut Daeng Koro merupakan aktor intelektual yang mendalangi teror kelompok Santoso terhadap warga dan pihak kepolisian di Sulawesi Tengah. Karena kepiawaiannya itu, bahkan Daeng disebut bekas anggota Kopassus.
Pihak TNI menyatakan Daeng Koro bernama asli Sabar Subagyo dipecat dari kesatuan karena tindakan asusila. Selain itu Daeng Koro disebutkan juga tidak lulus menjadi anggota Kopassus dan hanya menjadi pemain voli di TNI.