Kamis 09 Apr 2015 20:19 WIB

Ke Bali Zulkifli Dinilai Tidak Terkungkung PAN dan KMP

Rep: C23/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) memukul gong disaksikan putrinya Puan Maharani (ketiga kiri) dan Pelaksana Tugas (Plt) Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kiri) saat pembukaan Kongres IV PDI Perjuangan di Sanur, Bali, Kamis (9/4).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan) memukul gong disaksikan putrinya Puan Maharani (ketiga kiri) dan Pelaksana Tugas (Plt) Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kiri) saat pembukaan Kongres IV PDI Perjuangan di Sanur, Bali, Kamis (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Arie Sujito mengatakan kedatangan Zulkifli Hasan selaku Ketua Umum PAN sekaligus Ketua MPR ke kongres PDIP melampaui kepentingan partainya. Artinya, lanjut dia, Zulkifli tidak terkungkung pada urusan posisi partainya yang berada dalam oposisi.

"Zulkifli juga tidak terkerangkeng pada kata KIH (Koalisi Indonesia Hebat) atau KMP (Koalisi Merah Putih)," kata Sujito pada Republika, Kamis (9/4). Zulkifli, tambahnya, benar-benar milik MPR.

Sujito menjelaskan dengan tidak terkerangkeng pada urusan PAN maupun KMP, Zulkifli mampu melaksanakan fungsi dirinya sebagai negarawan. "Ini berbeda sekali ketika Megawati beroposisi dengan Susilo Bambang Yudhoyono dulu. Mereka jarang lakukan komunikasi," ujarnya.

Sebelumnya,  Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengucapkan selamat pada penyelenggaraan Kongres IV PDI Perjuangan di Bali yang berjalan lancar. "Saya datang memenuhi undangan PDI Perjuangan yang telah mengundang saya untuk menghadiri acara pembukaan kongres,"  kata Zulkifli Hasan di lokasi Kongres IV PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Kamis (9/4).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement