REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sedang menyusun strategi agar Indonesia dapat membentuk harga dan menjadi referensi harga komoditi dunia. Sebagai negara penghasil komoditi ekspor utama dunia, langkah strategis ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan bursa berjangka.
"Sebagai negara penghasil komoditi ekspor terbesar dunia seharusnya kita dapat menciptakan harga komoditi yang menjadi referensi bagi harga komoditi dunia," ujar Kepala Bappebti Sutriono Edi, Jumat (10/4).
Sutriono optimistis, cita-cita Indonesia untuk menjadi referensi harga komoditi dunia dapat terwujud. Akan tetapi, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi yakni Indonesia belum menjadi pasar yang menarik bagi investor untuk bertransaksi atas komoditi ekspor dunia. Pasalnya, Indonesia belum memiliki liquidity provider yang potensial untuk meningkatkan likuiditas pasar komoditi.
Selain itu, pelaku pasar fisik komoditi belum terkonsolidasi dengan baik. Sutriono mengatakan, tantangan lain yakni belum tersedianya perdagangan fisik komoditi yang terorganisir, wajar, teratur, transparan dan akuntabel.
"Untuk menyiasati permasalahan tersebut, diperlukan langkah strategis agar menjadikan Indonesia sebagai tempat pembentukan harga dan referensi harga komoditi dunia melalui pemanfaatan bursa berjangka," ujar Sutriono.
Sutriono meminta seluruh pihak, yakni para asosiasi komoditi untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan bursa berjangka sebagai sarana pengelolaan risiko, pembentukan harga komoditi, dan sarana investasi. Menurutnya, pemerintah memerlukan strategi yang difokuskan pada pembentukan pasar fisik yang terorganisir, konsolidasi pasar komoditi, penerapan standar mutu komoditi, akses pembiayaan, dan paket regulasi. Untuk langkah selanjutnya, Bappebti akan merumuskan pengaturan tentang tata niaga komoditi unggulan Indonesia.