REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Potensi kars saat ini tengah menjadi primadona. Salah satunya yang berada di Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat. Bahkan batu gamping Rajamandala ini memiliki kandungan kalsium karbonat yang sangat tinggi.
“Batu gamping di Rajamandala itu merupakan kualitas baik. Hampir 100 persen. Dan ini sangat bagus untuk bahan baku semen,” kata dosen teknik geologi ITB Dr Budi Brahmantyo.
Tak hanya mengandung kalsium karbonat, tapi persidium karbonat yang ada dikandungannya pun cukup bagus. Zat ini, kata dia, dapat digunakan untuk memurnikan gula pasir atau mencampur industri baja. "Sehingga banyak sekali pengusaha yang mengikis kars ini karena kaya manfaatnya," ujar Budi
Dosen Uninus dan anggota geologi masyarakat Bandung T Bachtiar mengatakan, pemanfaatan batu kapur sudah ada dari zaman purba. Akan tetapi, dulu sebatas kepentingan yang tidak berlebihan. Batu kapur digunakan untuk menghias wajah, obat bau ketek, dan sebagainya.
“Sayangnya, sekarang pemanfaatan batu kapur melebihi kemampuan alam itu untuk tumbuh. Bahkan, pengambilannya tidak meninggalkan sisa apapun sebagai tanda alam,” ujarnya.
Maka, langkah tepat untuk menjaga kars Rajamandala di Kabupaten Bandung Barat adalah dengan menjadikannya sebagai daerah ekowisata. Hal ini perlu dilakukan agar menjaga kars tidak terus digerogoti oleh pengusaha tambang.
Menurut Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sekaligus praktisi pemerhati lingkungan Dr Enok Maryani, terjadinya kars jutaan tahun lalu merupakan laboratorium alam yang perlu dilestarikan. Karena pembentukan kars ini tidak akan terulang lagi.
“Jadi, harus dilestarikan dan penduduknya diberdayakan. Jika tidak mereka akan terus menggerogoti kars tersebut. Sehingga sangat tepat untuk dijadikan ekowisata,” kata Enok dalam talkshow bertema ‘Perbukitan Kars Rajamandala’, sebuah sudut pandang tentang keharmonisan manusia dengan alam yang diselenggarakan oleh Jantera Geografi UPI.
Dikatakan Enok, kars menyimpan pengetahuan yang luar biasa. Oleh karena itu, cocok untuk dijadikan tempat ekowisata. Tinggal membuat zona-zona yang bisa diperlihatkan umum dan aman. “Ada zona adventurenya untuk yang suka berpetualang dan ada pula tempat untuk riset,” ujarnya.
Enok mengatakan, ada tiga hal yang harus dilakukan dalam menjaga kars ini. Yaitu, konservasi, partisipasi, dan edukasi. Kars ini perlu dilindungi karena merupakan sumber mata air. Dengan dijadikan ekowisata, kerusakan yang akan terjadi di kars tersebut tidak akan terlalu parah. “Tinggal nanti dikelola dengan baik,” ujarnya.