REPUBLIKA.CO.ID, PANAMA -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama akhirnya bertemu dengan Presiden Kuba Raul Castro pada Sabtu (11/4), di Panama. Keduanya kembali menggelar pembicaraan tingkat tinggi setelah hampir 60 tahun bermusuhan.
Obama bahkan menggambarkan pertemuannya dengan Castro sebagai pertemuan bersejarah. Kedua negara menurut Obama, mengakhiri permusuhan era Perang Dingin meski AS terus menekankan masalah demokrasi dan hak asasi manusia pada negara komunis tersebut.
"Kita sekarang dalam posisi bergerak menuju masa depan," kata Obama kepada Castro saat bertemu di Konferensi Tingkat Tinggi para pemimpin Amerika.
AS telah memasukan Kuba dalam daftar negara penyokong terorisme. Namun, setelah membaiknya hubungan kedua negara, Obama akan menghapus kuba dari daftarnya.
Seorang pejabat AS mengatakan, Obama akan membuat keputusan penghapusan Kuba dari daftar tersebut dalam beberapa hari ke depan. Sebab, pemerintahan Castro menyerukan masuknya Kuba dalam daftar negara penyokong terorisme, sebagai hambatan pemulihan hubungan.
Pada Desember, kedua negara memang telah setuju menormalkan hubunganm termasuk memulihkan hubungan diplomatik. Obama mengatakan, ia memutuskan untuk membatalkan kebijakan jangka panjang AS terhadap kuba. AS dan Kuba menurut Obama akan memulai kembali kerjasama dalam bidang perdagangan dan perjalanan.
Pada pertemuan selama 80 menit tersebut, Obama tampak duduk disamping Castro di sebuah ruang rapat kecil. Pembicaraan berlangsung ramah, namun lugas. Keduanya mengenakan setelah jas warna gelap dan masing-masing tampak saling mengangguk dan tersenyum, saat bertemu wartawan sesaat sebelum memulai pembicaraan.
Castro mengatakan, ia akan terus mengambil langkah-langkah menuju normalisasi hubungan Havana dengan Washington. Ia juga menyatakan keterbukaannya untuk membahas isu sensitif sepert masalah hak asasi manusia.
"Jadi kami bersedia membahas segala sesuatunya, tapi kita perlu bersabar. Beberapa hal kami akan setuju, beberapa lainnya kami tak setuju," kata pemimpin 83 tahun itu.
Selama ini Raul Castro memang telah melakukan beberapa reformasi gaya pasar, untuk memperkuat ekonomi Kuba. Ia terlihat bergerak dengan sangat hati-hati dan tampaknya tak berniat mengakhiri kekuasaan komunis di negaranya.
Terakhir kali AS bertemu Kuba adalah pada tahun 1956, saat Presiden Dwight Eisenhower bertemu diktator Kuba Fulgencio Batista. Kala itu pertemuan juga berlangsung di Panama.