REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Iffah Ainur Rochmah, mengakui adanya pergeseran makna dari definisi radikal yang saat ini dipahami oleh masyarakat Indonesia. Iffah menyebutkan, arti sesunggguhnya radikal secara bahasa adalah memahami sesuatu dengan mendasar dan fundamental.
Ia menyayangkan, saat ini kata radikal justru dimaknai dengan hal-hal yang bersifat dan menghina serta menjustifikasi sesorang, tokoh masyarakat, atau kelompok tertentu yang diduga condong kepada hal-hal yang bersifat kekerasan.
“Kami punya padangan, istilah radikal itu sudah bergeser makna, sekarang radikal lebih kepada makna peyoratif, lebih kepada menghina. Istilah radikal digunakan sekarang menjadi sebuah pandangan condong kepada kekerasan, padahal tidak seperti itu,” kata Iffah kepada Republika, Selasa (14/4).
Iffah menjelaskan, penyematan istilah radikal kepada hal-hal negatif sengaja dihembuskan oleh negara-negara Barat untuk kepentingan perang global memerangi terorisme. Tak hanya itu, jauh kepada hal yang lebih besar adalah keinginan dari negara barat yang ingin memerangi Islam secara global. Sebab, negara-negara barat sangat anti dengan ajaran Islam yang fundamental.
Untuk itu, apabila ada individu, tokoh atau kelompok masyarakat yang ingin mengajak perubahan sesuai dengan Islam yang fundamental, negara barat melabeli dengan kelompok garis radikal. Hal yang sangat disayangkan HTI, kata Iffah, adalah di mana upaya melabeli individu, tokoh masyarakat atau kelompok tertentu sebagai kalangan radikal justru tidak disertai bukti yang sahih.
"Kalau kita bicara global war on terrorism, Amerika sudah punya perspektifnya bahwa pemikiran Islam yang mendasar itu memang harus diberi label negatif. Padahal, yang dilabelin radikal itu tanpa ada bukti apa pun, tanpa ada argumentasi yang memadai,” ujar Iffah.
Iffah kemudian mengingatkan agar umat Islam Indonesia tidak terpicu oleh skenario memerangi Islam yang dilakukan oleh pihak Barat. Islam Indonesia, kata Iffah, yang mau dikelompokkan menjadi kubu-kubu seperti adanya kubu radikal, atau Islam yang moderat. Menurut dia, Islam hanya satu, yaitu Islam yang menjalankan syariat yang diturunkan oleh Allah SWT.