REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hasil muktamar Surabaya, Muhammad Romahurmuzy (Romi) mengungkapkan, politik di Indonesia sulit ditebak. Pasalnya, selera pemilih di Indonesia tiap tahun pemilu dapat berubah. Tidak mengenal basis pemilih loyal tradisional seperti di luar negeri.
"Selera pemilih di Indonesia berubah setiap tahun pemilu," kata Romi di IAIN Antasari, Banjarmasin, Rabu (15/4).
Menurutnya, dinamika politik di Indonesia tidak dapat dijelaskan dengan teori politik dalam buku manapun. Sebab, fenomena politik di Indonesia seringkali dianggap aneh. Salah satu fenomena paling mengguncang, menurut Romi, adalah munculnya sosok Joko Widodo. Hanya berbekal pengalaman politik 7 tahun sejak menjabat walikota Solo, Jokowi langsung melejit menjadi Presiden.
Anggota komisi III DPR RI ini menjelaskan, kalau di luar negeri pemilih menjatuhkan suara pada calon yang memiliki kriteria jelas, yaitu dari sisi akademik kemampuan politik maupun figur. Namun, Jokowi muncul sebagai sosok yang bertolak belakang dengan standar pakem calon pemimpin.
"Hanya dengan baju kotak-kotaknya, mengalahkan yang lain dalam pemilu," imbuh dia.
Romi juga mengatakan, bahwa ada kecenderungan yang tidak stabil pada pemilih di Indonesia. Hal itu terlihat dari perubahan suara partai pemenang pemilu. Tahun 1999 PDIP muncul sebagai pemenang, tahun 2004, Demokrat menang, tahun 2009 Golkar yang menang, tahun 2014 kemarin kembali PDIP yang menang.
"Kelompok pemenang pemilu adalah mereka tidak memiliki pendirian berpolitik," imbuh dia.