REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Human Right Watch (HRW) melaporkan, perempuan muda Yazidi yang pernah diculik Negara Islam Irak Suriah (ISIS) menjadi sasaran pemerkosaan sistematis dan kekerasan seksual lainnya di Irak Utara.
“Perempuan Yazidi mengalami pemerkosaan dan kekerasan seksual yang terorganisir, serta kejahatan mengerikan lainnya,” ujar Direktur Hak Perempuan HRW, Liesl Gerntholtz, seperti dilaporkan Al Arabiya, Rabu (15/4). Dia menambahkan, para perempuan tersebut beruntung bisa melarikan diri dan bisa dirawat karena trauma yang dialaminya.
Pernyataan ini didasarkan pada penelitian di kota Dohuk pada Januari dan Februari 2015 lalu. HRW melakukan wawancara 20 perempuan yang meliputi remaja dan anak-anak yang berhasil melarikan diri dari militan ISIS.
Adalah Jalila (bukan nama sebenarnya), salah satu korban sekaligus saksi yang dikutip dalam laporan penelitian HRW. Dia mengatakan, militan ISIS akan datang dan memilih para perempuan. Saat itu, tambahnya, perempuan tersebut akan disuruh berdiri, lalu diperiksa badannya.
“Militan ISIS akan menampar dan menyeret saya ke luar rumah jika menolak,” kata Jalila dalam laporan tertulis HRW. Jalila juga pernah meminta para militan ISIS untuk tidak menyentuhnya dan membiarkannya pergi. “Saya mengatakan kepadanya untuk membawa saya kembali pada ibu saya,” tambahnya.
Awalnya, Jalila tidak mengetahui apa yang diinginkan para anggota militan tersebut. “Aku adalah seorang gadis muda dan bertanya, apa yang anda inginkan dari saya? Mereka menghabiskan waktu selama tiga hari untuk berhubungan seks dengan saya,” ungkapnya lagi.
Dia mengungkapkan, kadang dirinya dijual. "Kadang saya juga diberi hadiah," katanya.
Puluhan ribu warga Yazidi terpaksa meninggalkan desa di Irak Utara ketika ISIS menyerbu daerah tersebut musim panas lalu. Banyak dari mereka yang ditangkap, diperbudak, bahkan tewas setelah serangan itu.