REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Amerika Serikat (AS) akan mengirim sekitar 600 anggota pasukan militer ke Irak untuk membantu tentara di negara itu. Hal itu untuk mempersiapkan pertempuran merebut Mosul, salah satu kota terbesar yang diduduki oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sejak 2014, lalu.
Selama beberapa bulan terakhir, pasukan pemerintah Irak telah mengintensifkan serangan untuk merebut Mosul. Sebelumnya, AS menambah jumlah anggota militer ke negara itu pada April lalu, termasuk penasihat dan pelatih perang.
"Presiden AS Barack Obama telah mempertimbangkan permintaan dari kami untuk meningkatkan jumlah pelatih dan penasihat militer di Irak," ujar perdana menteri Irak Haider Al Abadi dalam sebuah pernyataan, Rabu (28/9).
Pasukan baru yang dikirim dari AS akan melatih dan memberi nasehat kepada pasukan keamanan Irak serta pasukan Peshmerga Kurdi. Nantinya, mereka disebar di titik-tiitk yang lebih luas di Mosul untuk melemahkan ISIS.
Selain di Mosul, pasukan AS juga akan disebar ke wilayah barat Irak, tepatnya di pangkalan udara Ain Al Asad. Selama ini, tempat itu juga digunakan sebagai basis pelatihan militer negara tersebut.
"Beberapa pasukan AS akan meningkatkan bantuan terhadap pasukan intelijen di Irak, khususnya berkaitan dengan rencana ISIS melakukan serangan di luar wilayahnya," ujar menteri pertahanan AS Ash Carter.
Mosul akan menjadi salah satu kota terbesar di Irak yang perlu direbut dari ISIS. Nantinya, meski serangan berhasil meukul mundur kekuatan ISIS, pasuan keamanan negara harus terus mengkonsolidasikan kontrol atas seluruh wilayah di dalamnya.
"Pasukan AS akan tetap berada di Mosul dan membantu mengkonsolidasikannya dengan pasukan keamanan Irak," jelas Carter.