Kamis 16 Apr 2015 12:37 WIB

Pemprov Sumbar Bangun Gedung Pusat Kebudayaan

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Hazliansyah
Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno (tengah), menggunting pita saat peresmian jembatan 'Golden Bridge' (Ulang Aling) di Nagari Sitapuih, Kabupaten Solok Solok Selatan, Sumater Barat, Selasa (7/1).
Foto: dok. Pemprov Sumbar
Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno (tengah), menggunting pita saat peresmian jembatan 'Golden Bridge' (Ulang Aling) di Nagari Sitapuih, Kabupaten Solok Solok Selatan, Sumater Barat, Selasa (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Pemprov Sumbar) tengah membangun gedung Pusat Kebudayaan Sumatra Barat.

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengatakan, gedung kegiatan sosial kebudayaan belum terakomodir secara baik. Karena itu, sesuai dengan pandangan terhadap kebutuhan masa datang, pihaknya merencanakan pembangunan Gedung Kebudayaan Sumatra Barat.

"Beberapa aspirasi yang masuk antara lain adanya ruang theater, ruang bengkel tempat mengolah serta pembinaan kesenian dan budaya, adanya ruang gallery dan pameran," kata dia di Padang, Sumbar Kamis (16/4).

Dikatakannya, Gedung Pusat Kebudayaan Sumatra Barat diharapkan dapat menjadi ikon dalam kontek masa lalu, masa kini dan masa datang. Selain itu juga dapat menjadi tempat meningkatkan kualitas, kemampuan seniman dan budayawan. Sekaligus lokasi pembelajaran serta pelestarian seni dan budaya Sumatra Barat.

Menurut Irwan, keberadaan gedung seluas 23 meter persegi ini, dapat menjadi wisata bagi masyarakat.

Sementara itu Kepala Taman Budaya, Muhasri menuturkan, di dalam gedung tersebut perlu penataan ruang seperti theater utama yang mampu menampung lebih dari 1.000 orang, theater terbuka, theater yang cukup menampung 200 orang.

"Kemudian ada gedung gallery dan pameran," ujar dia.

Ia menjelaskan, ruang gallery dimanfaatkan sebagai tempat menjual hasil karya-karya seni yang terbaik. Sementara ruang pamaren, lajut Muhasri, sebagai tempat orang-orang memamerkan karyanya.

Sesuai fungsi dan peran taman budaya sebagai fasilitasi, diperlukan wisma seni minimal untuk 20 kamar. Wisma tersebut, kata dia, digunakan untuk tamu maupun peserta seminar dari luar daerah. Ia mengatakan, perlu lokasi komersil seperti pasar seni, yang menjadi tempat berinteraksi antara seniman dan masyarakat.

"Namun lebih baik, kita perlu juga melakukan studi banding pada daerah-daerah lain, baik provinsi maupun negara tetangga," jelas Musron.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement