REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) menggagas penggunaan limbat cair sawit sebagai sumber listrik. Dilakukan melalui konsep pengolahan sampah menjadi energi (Waste to Energy) atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
"Pembangkit 'waste to energy' terbukti lebih efisien mengatasi limbah cair sawit bila dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar solar (diesel fossil fuel). Selain menghasilkan energi listrik yang murah juga ramah lingkungan," kata Ketua Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LP2M) Umri) Ridho Fauzi, Kamis (16/4).
Ia mengatakan itu di sela-sela diskusi tentang "waste to energy" di Aula Kampus Umri, bersama PT Karya Satria Putra (Power Distribution-Transmission & Renewable Energy Solution), diikuti instansi terkait, pemerintahan, pelaku usaha, dan perbankan. Ia mengatakan, Provinsi Riau memiliki ratusan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang beroperasi setiap hari dan memproduksi berton-ton limbah cair sawit (Palm Oil Mill Effluent - POME).
Menurut Ridho, limbah cair sawit menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, sedangkan penanganannya juga memerlukan biaya tinggi. Oleh karena itu, konsep PLTSa perlu diterapkan agar limbah cair sawit ini dapat menghasilkan energi listrik.
"Selama ini, pemanfaatan limbah cair sawit ini baru sebatas untuk pupuk. Namun, jika itu dimanfaatkan untuk energi listrik maka nilai tambahnya jauh lebih tinggi," katanya. Menurut dia, tingkat keasaman limbar cair sawit cukup tinggi sehingga bila dimanfaatkan untuk pupuk dampaknya kurang baik bagi struktur tanah.