REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Save Our Soccer (SOS), Apung Widadi, mengkritik pencalonan diri Djohar Arifin, La Nyalla Mattalitti dan Joko Driyono sebagai ketua umum. Menurut Apung, pencalonan tiga pemimpin PSSI itu bagai sandiwara saja. Sebab ketiga nama itu mempunyai track record yang sama terhadap kasus PSSI yang muncul belakangan ini.
"Ketiganya sama saja," ujar Apung kepada ROL, Jumat (17/4).
Apung mengatakan ketiga nama itu seperti satu kubu untuk mengisi kursi teratas PSSI kembali. Jika terpilih, ia yakin, tidak akan ada bedanya dengan rezim Djohar Arifin. Dari sisi politik, Apung melihat, ketiga nama itu hadir untuk memecah suara lawan. Mereka bisa jadi akan berkoalisi saat kongres PSSI yang digelar Sabtu (18/4) di Surabaya.
"Rezim Djohar merupakan yang terkuat. Salah satu akan naik dan ketiganya menduduki PSSI kembali," kata Apung lagi.
Apung berharap rezim Djohar tak terpilih lagi. Jika terpilih, ia melihat, hal itu akan mengulangi permasalahan yang sama dengan yang terjadi pada masa sekarang. Apung menuding ketiganya -- Djohar Arifin, La Nyalla Mattalitti dan Joko Driyono bersama tim yang ada di bawahnya -- telah gagal membangun sepak bola Indonesia menjadi lebih baik.
"Sebaiknya jangan memilih rezim itu lagi," Apung menyarankan.
Selama kepemimpinan Djohar Arifin, La Nyalla Mattalitti dan Joko Driyono kompetisi tertinggi di Indonesia dihentikan. Oenghentian itu terkait hasil verifikasi BOPI yang mengilegalkan dua klub Persebaya Surabaya dan Arema Malang. Tak hanya itu undang-undang Sistim keolahragaan (SKN), undang-undang nomor tiga tahun 2005 serta statutanya PSSI telah dilanggar.
Dengan memaksakan diri memainkan Persebaya dan Arema, PSSI dinilai Kemenpora telah melanggar undang-undang SKN dan UU no 3 tahun 2005. Tak hanya itu sejak lama PSSI juga telah melanggar statutanya sendiri dengan merangkap jabatan. Seperti Wakil Ketum PSSI La Nyalla yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Tim Nasional (BTN). Apalagi Joko Driyono sebagai sekretaris jenderal ia membawa PT Liga masuk ke PSSI. Sehingga Joko juga merangkap jabatan sebagai CEO PT Liga.
Baru-baru ini, PSSI kembali melanggar aturannya sendiri. PSSI mengganti nama lSL menjadi QNB League. Padahal dalam statuta penggantian nama itu harus melewati kongres.