Jumat 17 Apr 2015 17:45 WIB

Ban Serukan Gencatan Senjata di Yaman

Sekjen PBB Ban Ki Moon
Foto: AP
Sekjen PBB Ban Ki Moon

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Kamis, menyerukan penghentian segera pertempuran di Yaman, seruan pertamanya setelah serangan udara pimpinan Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi dukungan Iran dimulai tiga pekan lalu.

Ban mengatakan negara termiskin di Timur tengah itu sudah mengalami bencana sebelum perang meletus, dengan tingkat kerawanan pangan lebih tinggi daripada kawasan miskin di Afrika.

Ia mengatakan pertempuran yang terjadi saat ini hanya menambah berat masalah tersebut.

"Itu sebabnya saya menyerukan adanya gencatan senjata segera di Yaman oleh semua pihak," kata Ban di hadapan Klub Pers Nasional di Washington.

"Pihak Saudi telah memastikan pada saya, mereka memahami bahwa harus ada proses politik. Saya menyerukan kepada semua warga Yaman untuk berpartisipasi dengan niat baik," katanya.

"Proses diplomatik yang didukung PBB masih menjadi jalan terbaik untuk keluar dari perang yang membawa implikasi mengerikan bagi stabilitas kawasan," katanya dalam pidato yang disiarkan di radio C-SPAN.

Ban tidak menyebutkan mengenai keputusan mantan utusan khusus PBB di Yaman, Jamal Benomar untuk mundur dari tugasnya karena kegagalan dialog perdamaian yang dimediasi PBB.

Ban menunjuk diplomat Mauritius Ismail Ould Cheikh Ahmed untuk menggantikan Benomar, kata sumber-sumber diplomatik.

Benomar, diplomat veteran Maroko, membuat jengkel Arab Saudi dan negara-negara Teluk lain atas penanganannya dalam dialog perdamaian yang tidak sukses, antara kelompok Houthi dan pemerintah Yaman yang didukung Barat dan Arab, kata diplomat Barat.

Dalam beberapa pekan terakhir, kata sumber diplomatik itu, pemerintah Arab Saudi dan negara-negara Teluk lain mencerca Benomar karena mereka merasa ia terlalu berpihak pada Houthi.

Arab Saudi melancarkan serangan udara di Yaman bulan lalu, setelah pemberontak Houthi mengambil alih kendali atas ibukota Sanaa pada September, mendekati kota pelabuhan Aden, dan memaksa Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi menyingkir ke Riyadh.

Kelompok Houthi dan unit militer yang setia pada mantan presiden Ali Abdullah Saleh bertempur bersama dalam beberapa fron melawan pasukan milisi yang setia pada Hadi.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement