Senin 20 Apr 2015 09:57 WIB

Perusahaan Minyak Sepakati Zero Routine Flaring 2030

Salah satu kilang minyak milik Petobras, Brasil.
Foto: EPA
Salah satu kilang minyak milik Petobras, Brasil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah CEO dari perusahaan minyak besar bersama-sama dengan pejabat pemerintahan senior dari berbagai negara menyepakati inisiatif "Zero Routine Flaring 2030" (Penghentian Nyala Api Gas Buang Rutin pada 2030).

"'Gas flaring' atau nyala api gas buang adalah pengingat visual bahwa kita terus mengirimkan karbondioksida ke atmosfir," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (20/4).

Menurut Jim Yong Kim, berbagai pihak termasuk perusahaan minyak dan pemerintahan berbagai negara dapat melakukan sesuatu dan membuat aksi nyata guna menyetop nyala api gas buang. Inisiatif "Zero Routine Flaring 2030" yang didorong oleh sembilan negara, 10 perusahaan minyak, dan enam lembaga pembangunan multilateral, diluncurkan oleh PBB dan Bank Dunia pada 17 April 2015.

Peluncuran oleh Sekjen PBB Ban Ki Moon dan Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim itu juga ditemani antara lain oleh CEO Royal Dutch Shell Jorma Ollila, CEO Statoil Eldar Saetre, Menlu Norwegia Borge Brende, dan Menteri Perminyakan Gabon Etienne Dieudonne Ngoubou.

Sekjen PBB Ban Ki Moon mengapresiasi langkah tersebut terlebih akan digelar pengadopsian perjanjian iklim internasional baru di Paris pada Desember 2015 ini. "Mengurangi nyala api gas buang dapat membuat kontribusi yang signifikan menuju mitigasi perubahan iklim," kata Ban Ki Moon.

Sekjen PBB juga mengutarakan harapannya agar seluruh negara produksi dan perusahaan minyak di berbagai belahan dunia dapat turut serta bergabung dengan inisiatif penting tersebut.

Setiap tahun, diperkirakan sebanyak 140 miliar meter kubik gas alam diproduksi bersama-sama dengan minyak dan terbuang sia-sia melalui "nyala api" di ribuan lapangan minyak yang ada di seluruh dunia. Hasilnya mengakibatkan lebih dari 300 juta ton karbondioksida per tahun terbuang yang setara dengan emisi yang dihasilkan 77 juta kendaraan mobil.

Bila jumlah gas buang itu digunakan untuk menghasilkan listrik, maka hal tersebut dinilai dapat menghasilkan tenaga listrik lebih besar dari jumlah konsumsi listrik di seluruh benua Afrika saat ini. Namun situasi terkini, gas itu tetap dibuang ke atmosfir oleh perusahan minyak karena sejumlah alasan teknis, regulasi, dan ekonomis, atau karena hal itu tidak menjadi prioritas tinggi.

Dengan inisiatif "Zero Routine Flaring 2030", berbagai pihak yang mendorong termasuk pemerintah dan perusahaan minyak menyadari bahwa nyala api gas buang tidak berkelanjutan dari sudut pandang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Selain itu, inisiatif tersebut juga sepakat untuk bekerja sama menghilangkan aktivitas rutin nyala api gas buang sesegera mungkin dan tidak lebih dari 2030.

Berdasarkan data Bank Dunia pada 2011, 10 negara bertanggung jawab atas 72 persen aktivitas nyala api gas buang, yaitu Russia (27 persen), Nigeria (11 persen), Iran (8 persen), Irak (7 persen), Amerika Serikat (5 persen), Aljazair (4 persen), Kazakhstan, Angola, Arab Saudi, dan Venezuela (masing-masing 3 persen).

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement