REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kajian Center of Reform on Economics (CORE) mengingatkan bahwa target untuk mencapai kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang pada 2019 akan sulit tercapai, jika pemerintah tidak melakukan perubahan fundamental dan terobosan dalam pengembangan parawisata.
"Jika hanya mengandalkan tren petumbuhan jumlah wisman yang rata-rata delapan persen per tahun, maka jumlah kunjungan wisman pada 2019 hanya 14 juta orang, jauh berada di bawah target 20 juta orang," demikian pernyataan CORE yang dipimpin ekonom Hendri Saparini, di Jakarta, Selasa (21/4).
Jumlah kunjungan wisman pada 2014 sebesar 9,43 juta orang atau hanya tumbuh sekitar 8 persen dibandingkan 2013. Menurut riset CORE, diperlukan pertumbuhan kunjungan wisman sebesar 16 persen per tahun atau dua kali lipat dari capain pertumbuhan sekarang.
Meskipun demikian, CORE menilai kebijakan bebas visa bagi 30 negara, yang termasuk dalam paket kebijakan ekonomi pemerintah, merupakan langkah yang baik.
Namun, ditekankan bahwa pemerintah tidak cukup hanya mengandalkan langkah tersebut, melainkan perlu terobosan yang bersifat pro-aktif dan infovatif, selain terus memacu pembangunan infrastruktur untuk mendukung lalu lintas orang.
Menurut CORE, pemerintah juga perlu lebih sigap memanfaatkan kemudahan lalu lintas orang dengan adanya momentum masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015.
Pun, pemerintah juga jangan abai dalam mengoptimalkan potensi kunjungan wisatawan dari negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita tinggi seperti Amerika, Eropa, Jepang, Australia, dan Timur Tengah.
Lembaga kajian tersebut mengambil contoh Thailand yang melakukan beberapa terobosan, dengan mengembangkan infrastruktur dan juga parawisata syariah. Thailand, menurut CORE, berhasil mengembangkan parawisata syariah untuk menarik wisatawan dari negeri-negeri Muslim di Timur Tengah.
Keberhasilan Thailand mendistribusikan daya tarik pariwisatanya ke seluruh negeri juga ditunjang oleh perbaikan infrastruktur, terutama darat dan udara yang meningkatkan konektivitas antara daerah-daerah wisata di negeri tersebut.
Sementara, menurut CORE, pariwisata Indonesia hingga saat ini masih sangat mengandalkan Bali. Seharusnya, pemerintah mengoptimalkan daya tarik Bali sebagai pintu masuk atau "hub" bagi turis untuk juga mengunjungi daerah-daerah pariwisata lain yang sebenarnya menyimpan daya tarik wisata yang sangat beragam, unik, dan menarik.