REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pelayanan kereta api perintis, khususnya di Daerah Operasi VI Yogyakarta yaitu kereta Batara Kresna yang melayani rute Purwosari-Wonogiri menjadi salah satu inovasi pelayanan oleh PT KAI.
"Ada beberapa rencana untuk operasional kereta perintis. Salah satu yang sudah berjalan adalah rute Purwosari-Wonogiri," kata Executive Vice President PT KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta Wiwik Widayanti di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, kereta Bathara Kresna yang dioperasikan mulai awal Maret memiliki okupansi yang sangat baik bahkan kereta tersebut tidak pernah sepi penumpang.
Kapasitas tempat duduk kereta Bathara Kresna adalah 146 penumpang yang diangkut oleh tiga gerbong. Kereta tersebut membutuhkan waktu satu jam 45 menit untuk menempuh jarak antara Stasiun Purwosari hingga Stasiun Wonogiri sepanjang 37 kilometer.
Kereta tersebut dioperasikan dua kali pulang pergi Purwosari-Wonogiri dan selama perjalanan singgah di beberapa stasiun yaitu Stasiun Solokota, Stasiun Sukoharjo dan Stasiun Pasar Nguter.
Selain kereta perintis itu, PT KAI juga berencana menghidupkan jalur-jalur yang mati di antaranya adalah Kedung Jati hingga Ambarawa guna kepentingan wisata dan saat ini sedang dilakukan kajian untuk membuka kembali rute Magelang-Yogyakarta.
"Untuk mengaktifkan kembali rute-rute yang mati ini membutuhkan biaya yang cukup banyak. Harapannya, rencana itu bisa direalisasikan," katanya.
Rute Solo-Semarang, lanjut dia, juga sudah tersambung namun belum bisa menyambung hingga Yogyakarta karena keterbatasan sarana dan prasarana.
PT KAI juga berencana melakukan elektrifikasi untuk jalur Solo-Yogyakarta-Kutoarjo sehingga jalur tersebut dilayani oleh kereta rel listrik seperti yang sudah diterapkan di Jabodetabek.
"Rencana itu sudah ada, dan mudah-mudahan bisa segera terwujud dalam dua tahun ini. Jika sudah dilayani KRL, kereta bisa berhenti di setiap stasiun yang dilintasi," katanya.
Selain membuka jalur-jalur perintis, inovasi yang dilakukan PT KAI adalah pada aspek keamanan yaitu rencana menambah peralatan di lokomotif sehingga kereta memiliki kemampuan berhenti otomatis.
"Peralatan itu dipasang sebagai bentuk antisipasi jika masinis mengantuk sehingga perjalanan kereta tetap aman," katanya.