REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meskipun Amerika Serikat dan Cina bisa dikatakan negara adidaya, keduanya bukanlah negara terbahagia. Kestabilan ekonomi Jerman pun tidak membuatnya menjadi negara terbahagia.
Masyarakat yang tinggal di Swiss lah yang paling bahagia di dunia berkat faktor-faktor sosial dan ekonomi yang positif. Hal itu dikatakan laporan survei kebahagian dunia tahun 2015 seperti dilansir UPI.
Menurut laporan yang diterbitkan Kamis (22/4), menemukan sesama negara belahan bumi utara seperti Islandia, Denmark, Norwegia dan Kanada menempati posisi lima paling bahagia di dunia. Amerika Serikat bahkan harus turun peringkat dari 11 menjadi peringkat ke-15 negara paling bahagia.
"Laporan ini memberikan bukti tentang bagaimana untuk mencapai kesejahteraan sosial. Ini bukan oleh uang saja, tetapi juga oleh keadilan, kejujuran, kepercayaan, dan kesehatan yang baik. Bukti di sini akan berguna untuk semua negara karena mereka mengejar tujuan baru pembangunan Berkelanjutan," kata Direktur Earth Institute, Jeffrey Sachs.
Laporan melihat berbagai faktor untuk menentukan peringkat kebahagiaan 158 negara. Hal ini terdiri dari PDB per kapita, dukungan sosial, harapan hidup sehat, kebebasan untuk membuat pilihan hidup, kemurahan hati dan persepsi korupsi.
"Sebagai ilmu kebahagiaan, kita mendapatkan inti dari faktor apa yang menentukan kualitas hidup warga," kata penulis laporan, John F. Helliwell.
"Kami didorong bahwa semakin banyak pemerintah di seluruh dunia sedang mendengarkan dan menanggapi dengan kebijakan yang menempatkan kesejahteraan sebagai yang pertama," ujarnya.
Ia percaya Negara-negara dengan modal sosial dan kelembagaan yang kuat tidak hanya mendukung kesejahteraanl ebih besar, tetapi lebih tahan terhadap krisis sosial dan ekonomi.