REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Trah Cendana sebaiknya menjadi mediator dalam kisruh internal Partai Golkar. Hal ini karena kubu Cendana dinilai tidak memiliki posisi tawar yang kuat di kalangan internal partai.
Hal tersebut disampaikan Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego, Senin (27/4). Menurutnya, tak ada satu pun wakil dari Trah Cendana di Partai Golkar yang memiliki kapabilitas kuat sebagai pemimpin.
“Sejak zaman Mbak Tutut (Siti Hardiyanti Rukmana-red) masih kuat era Soeharto dulu, belum terlihat adanya kapabilitas kepemimpinan. Saat melihat kiprah adik-adiknya kini pun sama. Perlu diingat, mereka besar karena ayahnya,” ujar Indria saat dihubungi Republika, Senin siang.
Indria mengaskan, kualitas kepemimpinan yang telah dikembangkan Soeharto kepada Partai Golkar belum bisa diteruskan oleh anak-anaknya. Karena itu, saran dia, akan lebih baik jika Trah Cendana memposisikan diri sebagai mediator dalam konflik internal Partai Golkar.
Jika Trah Cendana terus mengeluarkan berbagai klaim, lanjut Indria, justru bisa berakibat fatal bagi Partai Golkar sendiri. “Pernyataan-pernyataan yang ada justru semakin memperkeruh citra Partai Golkar. Dampaknya, Golkar bisa semakin ditinggalkan rakyat,” imbuhnya.
Seperti diketahui, Titiek Soeharto pernah mengutarakan bahwa beberapa DPD dan kader di daerah menginginkan Golkar kembali dipimpin oleh Trah Cendana. Usulan ini lantas ditanggapi oleh Titiek karena menimbang persoalan Partai Golkar yang berlarut-larut.