REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Informasi Nepal Minendra Rijal mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan segera senilai 1.000 dolar AS bagi keluarga korban tewas dan 400 dolar AS untuk kremasi atau penguburan mayat. Jumlah korban tewas akibat gempa hingga Jumat (1/5) bertambah menjadi 6.100 orang, sedangkan korban luka mencapai lebih dari 13.000 orang.
Korban selamat belum kembali ke rumah asal karena masih terjadi gempa susulan dan merebaknya bau mayat membusuk di kawasan pusat gempa. Gempa yang melanda Nepal, pekan lalu ini merupakan gempa terdahsyat kedua yang menimpa Nepal sejak 1934. Gempa ini menghantam ibu kota Kathmandu, kota Pokhara, kawasan Gunung Everest, serta negara tetangga di perbatasan, seperti India, Bangladesh, dan Tibet.
Berdasarkan data Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI/BHI), saat ini tercatat 95 WNI berada di Nepal, terdiri atas 30 orang yang menetap dan 65 pengunjung. Dari 65 WNI wisatawan tersebut, 42 orang telah dapat dan/atau sempat dihubungi dalam keadaan baik, 10 orang belum dapat dihubungi dan 13 orang sudah berada di luar Nepal. Sementara itu, dari 30 WNI yang menetap di Nepal, 23 orang telah dapat dihubungi berada dalam keadaan baik dan tujuh orang belum dapat dihubungi.
Tim Penyelamatan dan Evakuasi RI pada hari Jumat waktu setempat mulai melakukan pencarian intensif WNI di Nepal dengan mengerahkan tiga tim yang beranggotakan unsur Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI/BHI), TNI AU, dan sukarelawan Taruna Hiking Club (THC). Komandan tim evakuasi WNI TNI AU Kolonel Indan Gilang di Posko Penyelamatan dan Evakuasi WNI di Kathmandu menyebutkan tiga tim tersebut terdiri atas penyisiran udara menggunakan helikopter, tim darat menuju pegunungan Himalaya, dan tim penyisiran rumah sakit di Kathmandu.
"Pencarian dari udara dengan helikopter akan diarahkan ke titik mereka diduga hilang dengan didukung tim darat," kata Indan.
Kolonel Indan bersama tim telah menentukan titik di sekitar lokasi diduga hilang agar pencarian lebih efektif, yakni ke Kyanjin Gompa, Langtang, dan Dhunce. "Kita upayakan untuk bisa menyewa helikopter yang cukup besar sehingga bisa menjemput para WNI," kata Indan.
Upaya pencarian dan penyelamatan terus dilakukan meski sejumlah hambatan, seperti sulitnya menjangkau kawasan yang terkena kerusakan gempa, buruknya cuaca serta ketakutan gempa susulan kerap membayangi tim evakuasi Indonesia. Tim evakuasi yang dijadwalkan kembali pada tanggal 5 Mei mendatang, memiliki beban besar untuk pulang membawa 95 WNI di Nepal, terutama terhadap 7 orang yang hingga kini belum dapat dihubungi.