REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Sebanyak 62 orang hilang setelah longsor menyapu dua bus di Kathmandu, Nepal. Bus-bus itu terdorong masuk ke dalam sungai yang meluap dan keruh.
Pihak berwenang mengerahkan sejumlah personel militer dan polisi untuk mencari orang hilang di Sungai Trishuli di Distrik Chitwan, sekitar 86 km di sebelah barat ibu kota Kathmandu."Bus-bus itu belum terlihat. Sungai masih meluap dan airnya keruh, sehingga menyulitkan tim pencari," kata Antim Sinjali, seorang pejabat distrik Chitwan, Jumat (12/7/2024).
Sinjali mengatakan setidaknya tiga penumpang selamat dengan luka ringan karena melompat dari bus sebelum massa batu dan lumpur menuruni lereng. Ia mengatakan, tujuh warga negara India termasuk di antara penumpang yang hilang. Gambar-gambar di media sosial menunjukkan perahu penyelamat di sungai yang mengalir deras, yang tampak berwarna cokelat karena lumpur dan endapan lumpur.
Juru bicara kepolisian setempat, Dan Bahadur Karki mengatakan, di Distrik Kaski, 150 km sebelah barat Kathmandu, sebelas orang tewas ketika tanah longsor menghanyutkan tiga rumah. Sementara tiga orang tewas akibat tanah longsor di distrik Myagdi.
Tanah longsor dan banjir yang dipicu hujan monsun lebat menewaskan sedikitnya 91 orang di Nepal sejak pertengahan Juni lalu. Dalam unggahan di media sosial, Perdana Menteri Pushpa Kamal Dahal menyampaikan kesedihan atas bencana tersebut dan menginstruksikan lembaga pemerintah untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan yang efektif.
Nepal dilaporkan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim karena topografi pegunungan, ketergantungannya pada pertanian, dan kondisi sosial ekonomi. Kathmandu, sebagai ibu kota, menghadapi tantangan uniknya sendiri.
Nepal adalah rumah bagi Pegunungan Himalaya. Pencairan gletser yang cepat akibat kenaikan suhu merupakan masalah besar. Pencairan gletser akan meningkatan risiko banjir bandang dan menurunkan ketersediaan air dalam jangka panjang.
Sementara itu, Kathmandu sudah bergulat dengan polusi udara yang parah. Perubahan iklim dapat memperburuk masalah ini dengan meningkatkan frekuensi kondisi cuaca stagnan yang menjebak polutan.
Meskipun Nepal secara keseluruhan menghadapi tantangan air, populasi yang terus bertambah di Kathmandu memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air. Kathmandu, seperti banyak kota lainnya, mengalami efek pulau panas urban. Perubahan iklim memperkuatnya dan menyebabkan suhu yang lebih tinggi dan masalah kesehatan terkait panas.