Ahad 03 May 2015 06:23 WIB

Purwakarta akan Buat Laboratorium Batu Akik

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Ilham
Pemkab Purwakarta menggelar festival batu akik selama tiga hari kedepan, Rabu (29/4). Festival tersebut diikuti 80 peserta se Indonesia. (Republika/Ita Nina Winarsih)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pemkab Purwakarta menggelar festival batu akik selama tiga hari kedepan, Rabu (29/4). Festival tersebut diikuti 80 peserta se Indonesia. (Republika/Ita Nina Winarsih)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Kabar gembira bagi para penyinta batu akik. Pasalnya, Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jabar, akan membuat laboratorium untuk menguji batu akik. Supaya, batu tersebut memiliki standarisasi serta bernilai ekonomis tinggi.

Bupati Purwakarta, Kang Dedi Mulyadi mengaku pihaknya serius akan membuat laboratorium tersebut. Anggarannya akan diposkan pada APBD perubahan 2015 ini.

"Bila perlu di Indonesia ini, ada lembaga otoritas jasa akik," ujar Kang Dedi, kepada Republika, Ahad (3/5).

Menurut kepala daerah nyentrik ini, standarisasi batu akik sangat penting. Dia menyontohkan, Singapura merupakan negara kecil yang tidak punya kekayaan alam melimpah seperti Indonesia. Mereka tidak punya minyak, sumber air, gunung, tambang, tapi mereka maju karena di sana letak semua standarisasi.

 

Sama halnya jika dalam perbankan dan keuangan ada lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang melakukan standarisasi. Batu akik juga harus memiliki lembaga otoritas jasa akik.

 

Di laboratorium akik tersebut masyarakat atau penggemar batu akik dapat melakukan uji lab untuk mengukur kualitas batu, tahun, dan unsur apa saja yang terkandung di dalamnya. Jadi harga batu tidak dinilai hanya berdasarkan subjektivitas semata. Tapi berstandar. Batu yang kualitasnya teruji lab, maka nilainya akan tinggi.

Sementara itu, saat fertival batu akik di Purwakarta berlangsung selama pekan kemarin, muncul fenomena baru. Ternyata, Purwakarta juga memiliki batu akik khas wilayah tersebut. Yakni, batu akik Cikao asal Sungai Cikao, batu Ciherang asal Sungai Ciherang, batu Maniis asal Kecamatan Maniis, serta batu Cikeris asal Desa Cikeris.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement