REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan kemelut di Ukraina dan daerah berbahaya lain di dunia akan menjadi bahan pembicaraan di Beijing, Selasa (5/5).
Mogherini memimpin utusan Uni Eropa untuk menghadiri pembicaraan strategis berkala dengan pejabat tinggi Cina. Kedua pihak saling tukar pandangan untuk mengembangkan hubungan politik dan ekonomi.
Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar Cina. Sedangkan Cina adalah mitra dagang terbesar kedua Uni Eropa.
Cina mengupayakan peran lebih besar di panggung diplomasi dunia. Mogherini kepada kantor berita Xinhua mengatakan tidak sabar membahas cara meningkatkan kerja sama kedua pihak untuk mengakhiri sejumlah kemelut dan mencegah hal sama terjadi.
"Ini harus menjadi cara baru dalam menghadapi kompleksitas, yakni berpikir strategis, melihat tanda-tanda mengkhawatirkan yang muncul dan mencoba untuk mencegah krisis," katanya.
Xinhua mengatakan Mogherini merujuk pada peristiwa yang sedang terjadi di Ukraina, Timur Tengah, Afghanistan dan Libya. Agenda pertemuan yang akan dilakukannya termasuk melakukan pembicaraan dengan Anggota Dewan Cina Yang Jiechi, seorang pejabat tinggi kebijakan luar negeri.
Cina ambil bagian dalam negosiasi internasional yang bertujuan menghentikan program nuklir Iran. Mogherini telah memainkan peran dalam pembicaraan tersebut. Dia membuat terobosan besar awal bulan lalu dengan dicapainya kerangka kesepakatan.
Mogherini menekankan Uni Eropa dan Cina telah mulai mengembangkan hubungan pertahanan dan keamanan dengan menekankan pada perlawanan terhadap ancaman pada pelayaran internasional.