REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pada Selasa (5/5) sekira pukul 14.38 WIB, telah terjadi longsor yang disertai ledakan pipa gas PLTP Star Energi Wayang Windu Pangalengan di Kampung Cibitung, Desa Marga Mukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Menurut Iwank Wahyudin dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, kawasan hutan seluas lima hektare milik Perhutani--tempat terjadinya bencana tersebut--sudah lama gundul. Hal itulah, lanjut Iwank, yang diduga menyebabkan terjadinya longsor. Kemungkinan lain, aktivitas geothermal yang bisa menyebabkan kondisi tanah berubah lantaran getaran-getaran yang disebabkan aktivitas eksploitasi panas bumi.
"Satu sisi lainnya instensitas hujan selama beberapa hari ke belakang cukup tinggi," sebut Iwank Wahyudin dalam rilis yang diterima //Republika//, Rabu (6/5).
Staf advokasi kebencanaan Walhi ini juga menyatakan, pemerintah dan pihak PT Star Energy tidak cukup baik memerhatikan kondisi lingkungan, baik terkait kawasan hutan maupun masyarakat sekitar.
"Kami sangat kecewa dan menyayangkan keberadaan Perum Perhutani, mengabaikan kondisi lingkungan yang dianggap sudah rusak. Hutan yang gundul seharusnya segera dihijaukan bukan malah dibiarkan," tegas dia.
"PT Star Energi juga memiliki andil dalam menjaga, merawat serta melestarikan lingkungan disekitar hutan. Termasuk menjamin warga sekitar aman, selamat," tambah Iwank kemudian.
Lantaran itu, lanjut dia, Walhi Jawa Barat meminta pemerintah harus segera melakukan evaluasi terhadap PT Star Energi, terutama dalam hal aktivitas ekspolitasi panas bumi yang diadakannya.
Poin kedua, lanjut Iwank, pemerintah pun harus mengevaluasi kinerja Perhutani dalam mengelola hutan, terutama wilayah yang menjadi lahan kerja sama dengan perusahaan geothermal.
"PT Star Energi serta Perhutani harus bertanggung jawab untuk perbaikan dan pemulihan kerusakan hutan," ucap dia.
Iwank menjelaskan, retakan tanah mengakibatkan terjadinya longsor di kawasan Perhutani itu. Sehingga, pergerakan tanah lantas menyeret pipa gas dan akhirnya menyebabkan ledakan. Adapun longsoran tanah menimbun enam rumah warga.
Korban longsor yang disertai ledakan, dalam data Walhi, tercatat sebanyak delapan orang. Rinciannya, satu orang meninggal, tiga orang luka berat dan empat orang dinyatakan luka ringan. Sedangkan penduduk yang berada dikampung tersebut ada sebanyak 52 kepala keluarga (KK) atau sekira 200 jiwa.
"Ledakan pipa gas juga menyemburkan gas beracun yang mengancam kesehatan dan keselamatan warga," tambah Iwank.
Menurut Iwank, sebelum terjadinya bencana ini, Badan Geologi dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan investigasi serta penelitian langsung di kawasan Perhutani tempat kejadian. Ditemukan, retakan tanah sedalam 2,5 meter seluas 300 meter.
Retakan itu jelas mengancam dan berpotensi menimbulkan longsor. Sehingga, PVMBG dan Badan Geologi merekomendasikan dua hal.
"Salah satunya, Perusahan harus melakukan pemindahan pipa dan BPBD segera untuk melakukan evakuasi warga yang berada dilokasi tersebut, mengingat intensitas hujan masih berlangsung," sebut Iwank.