REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Demam batu akik ternyata mulai melanda Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, ditandai banyaknya warga di jalan-jalan, perkantoran, pertokoan, warung-warung, hingga di pusat perbelaanjaan yang membicarakannya.
Di Kupang, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua, menjadikan batu akik sebagai trending topik, bahkan mungkin juga di seluruh wilayah kepulauan di provinsi itu. Tak sulit jika ingin mencari tempat pemolesan dan penjualan batu akik di seputar Kota Kupang. Sebab di berbagai jalan hampir selalu terdapat toko yang menjual batu akik.
Salah satunya adalah Toko Dua Star Gemstore di Jalan Sudirman, Kota Kupang. Beragam batu permata khas NTT maupun yang berasal dari luar daerah dijual di tempat tersebut.
Toko berukuran kecil tersebut menjual berbagai macam batu, baik yang berasal dari Aceh, Kalimantan seperti batu Panca Warna dan Kecubung, dari Maluku serta daerah-daerah lainnya, yang menjadi buruan pecinta batu akik.
Batu khas NTT juga menjadi incaran para peminat, meliputi jenis panca warna yang tembus, sisik naga, agate, ocean, jasper, opal, pandan. Batu-batu itu juga mampu menarik banyak peminat asal luar NTT.
Anton Iskandar pemilik toko tersebut, tampak begitu telaten dalam memoles beraneka jenis batu yang kemudian melahirkan mata-mata cincin beragam corak yang menjadi penentu mahal tidaknya harga batu cincin tersebut.
Usaha kerajinan batu akik ini butuh ketekunan dan keuletan agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Hasil maksimal itu dilihat hasil polesan tersebut," kata Anton Iskandar, salah seorang perajin sekaligus pedagang batu akik "Dua Star" kepada Antara di Kupang, Kamis (7/4).
Dalam sebulan, katanya, penghasilan yang ia dapatkan dari kerajinan tangan memoles batu akik itu bisa mencapai Rp5 juta. "Untuk menghasilkan sebuah mata cincin yang bagus dan bernilai, membutuhkan waktu hingga dua sampai tiga hari," ujarnya.
Menurut dia, batu akik yang dijual harganya berkisar Rp50.000 sampai Rp2 juta sesuai jenis batu serta motif atau corak dari batu tersebut.
Beraneka jenis batu akik yang diolah dan dipoles tersebut, umumnya didatangkan dari Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), sehingga sering disebut "Akik Kefa atau Batu Kefa".
Menurut pria asal Sumatera ini, batu cincin yang tengah diburu para "akikmania" adalah batu "Panca Warna" dari Kefamenanu bernilai antara Rp2 juta sampai Rp5 juta/biji.
Menurutnya saat ini NTT memiliki batu akik yang mempunyai nilai jual tinggi, seperti Ocean, Jasper, Opal, Agate, serta Pandan dan masih banyak batu akik lainnya yang jika digali akan ditemukan secara mendetail.
"Kalau pemerintah memperhatikan pengolahan batu akik ini, saya rasa banyak anak muda di NTT yang mendapatkan lapangan pekerjaan dengan cara mencari kemudian menjual bongkahannya ke toko pembuat batu akik," katanya.