REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Serangan udara sekutu pimpinan Arab Saudi atas Kota Saada di Yaman, tempat banyak warga terperangkap, melanggar hukum antarbangsa, meskipun ada seruan agar warga meninggalkan daerah itu, kata Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman pada Sabtu (10/5).
"Pemboman serampangan atas daerah berpenduduk, dengan atau tanpa peringatan sebelumnya, bertentangan dengan hukum humaniter antarbangsa (IHL)," kata pernyataan Johannes van der Klaauw. "Mengeluarkan peringatan akan ada serangan tidak membebaskan para pihak dari kewajiban IHL untuk melindungi warga dari bahaya," katanya.
Puluhan warga dilaporkan tewas dan ribuan mengungsi sesudah sekutu, yang mencakup Arab Saudi dan sembilan negara Arab lain dan didukung Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, menyatakan seluruh gubernuran itu sasaran tentara, katanya.
"Banyak warga terjebak di Saada karena tak mendapat pengangkutan akibat kekurangan bahan bakar. Menyasar seluruh gubernuran itu akan menempatkan jumlah tak terhingga warga terancam," kata Van der Klaauw.
Serangan itu menyasar dua pusat kendali pemberontak Houthi di Bani Maaz, menghancurkan pabrik tambang di kawasan tua kota Saada dan pusat perhubungan di daerah Mothalath, kata kantor berita Saudi, SPA.
Dua pusat komando Houthi di propinsi itu juga dihancurkan. Warga Saada mengatakan serangan itu merusak makam pendiri gerakan Houthi, Hussein al-Houthi.
Berdasarkan atas hukum antarbangsa, semua pihak bersengketa harus menghindari langkah menimbulkan bahaya pada warga dan Van der Klaauw menyatakan tentara dan sarananya tidak boleh berada di daerah padat penduduk, yang akan membahayakan warga. "Secara khusus, semua pihak harus menghindari menggunakan daerah berpenduduk sebagai tempat melancarkan serangan," katanya.
Dalam pernyataan terpisah, badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa OCHA menyatakan serangan udara itu menghantam beberapa daerah di Saada, termasuk gugus pemerintahan dan pasar al-Majbalah.
Serangan udara, penembakan dan bentrokan sengit juga terjadi di delapan kabupaten lain pada 9 Mei dan serangan udara berlanjut di gubernuran Amran dan Hajjah, kata OCHA.
Dikatakannya, angka pasti jumlah pengungsi akibat pertempuran itu belum diperoleh, namun pemerintah setempat memperkirakan sekitar 4 ribu keluarga tiba di gubernuran Amran dan 2.000-2.500 keluarga tiba di ibu kota, Sanaa.
Sebagian besar tinggal di bangunan umum, seperti, sekolah, universitas dan sarana pemerintah, atau dengan kerabat.