REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kapolri Jenderal Pol Badroddin Haiti meminta jajaran Polri untuk terus memantau 17 kelompok radikal di Indonesia. Pengawasan penting guna mengantisipasi berkembangnya kelompok tersebut.
"Kita sudah melakukan pemetaan kelompok radikal dan melakukan pemantauan terus-menerus," katanya di sela kunjungan kerja di Markas Yonif 700/Raider di Makassar, Senin (11/5).
Kehadiran Kapolri bersama Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko di Makassar dalam rangka memberikan pengarahan kepada 2.039 personel prajurit TNI-Polri di Markas Yonif 700 / Raider. Menurut Kapolri, 17 kelompok radikal yang terus dipantau itu dinilai berpotensi melakukan kegiatan yang melanggar hukum yang tersebar di sejumlah daerah.
Mengenai pengibaran bendera yang dinilai menjadi simbol kelompok radikal, Kapolri mengatakan tidak terlalu dipersoalkan. "Bukan persoalan benderanya, tapi pemikirannya, karena itu dapat memengaruhi," katanya.
Mengenai kelompok radikal yang ada di Kawasan Timur Indonesia, diantaranya Mujahidin Indonesia Timur, Laskar Jundullah dan ISIS, ia menyatakan oknum yang ditangkap itu karena memiliki pelanggaran hukum sesuai dengan perundang-undangan yang ada.
"Sementara yang tidak terlibat dengan persoalan hukum hanya dipantau aktivitasnya," katanya. Kegiatan serupa dilakukan Kapolri bersama Panglima TNI di NTT, Papua, Papua Barat. Setelah pengarahan digelar di Makassar akan dilanjutkan di Kendari, Sultra.