Selasa 19 May 2015 14:55 WIB

Akbar Tandjung: Jangan Ada Gugatan Lagi dari Agung

Rep: c23/ Red: Bilal Ramadhan
 Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kiri) bersama Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung.
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kiri) bersama Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi senior Partai Golkar Akbar Tandjung mengaku dirinya bersyukur Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) mengabulkan gugatan Ketua Umum Golkar Munas Bali Aburizal Bakrie (Ical) dan membatalkan Surat Keputusan Menkumham yang mengesahkan Agung Laksono. Dengan ini, lanjutnya, peluang Golkar mengikuti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) menjadi terbuka.

"Golkar bisa ikut ke Pilkada karena kepengurusan yang sah kembali ke Munas Riau. Dalam Munas Riau Pak Ical menjadi ketua dan Pak Agung Laksono wakilnya. Sedangkan Idrus Marham menjadi sekretariat jendral,"

kata Akbar pada Republika, Selasa (19/5).

Meskipun usai putusan PTUN kubu Agung Laksono langsung mengajukan banding, Akbar Tandjung tidak mengharapkan hal tersebut. "Jangan ada gugatan-gugatan lagi dari Agung, apalagi diperkuat Menkumham. Karena masalah ini tidak bisa dikatakan tuntas," ungkapnya.

Ketika konflik Golkar tak kunjung selesai, Akbar khawatir ketika mendekati hari pelaksanaan Pilkada, Golkar tidak bisa mencalonkan kepala daerah.

Sebelumnya, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta  telah memutuskan mengabulkan gugatan Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, Aburizal Bakrie pada Senin (18/5). Dalam putusannya, majelis hakim mewajibkan tergugat, yakni Menkumham Yasonna Laoly, untuk mencabut Surat Keputusan (SK) yang mengesahkan kepengurusan Golkar hasil Munas Ancol, yang diketuai Agung Laksono.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement