REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor mengatakan, Partai Golkar akan menjadi sia-sia jika pada tahun ini tidak bisa ikut dalam gelaran Pilkada serentak. Tetapi, lanjut dia, bagaimana mungkin partai berlambang beringin tersebut bisa ikut Pilkada jika kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono tidak mau islah.
“Masalahnya memang kalau tidak ikut Pilkada, fungsi partai terbuang percuma. Cuman gimana bisa ikut Pilkada kalau tidak islah, kepengurusan mana yang akan dipakai,” kata dia kepada ROL, Jumat (29/5).
Firman menerangkan, islah itu bukan hanya sekedar sepakat berdamai secara verbal. Tetapi, harus juga punya konsekuensi secara struktural atau secara organisatoris.
“Ini kan yang lebih pokok, karena di situ akan menjadi pegangan Golkar versi mana yang akan dijadikan patokan untuk seseorang itu dianggap sah mewakili golkar saat Pilkada,” tambah dia.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar versi Munas Ancol, Zainudin Amali mengatakan, pertemuan antara kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono Sudah hampir pasti dilakukan, Sabtu (30/5). Namun, menurutnya, pertemuan tersebut bukan untuk islah melainkan hanya kerjasama Pilkada.
Zainudin mengatakan, penandatanganan kerjasama Pilkada tersebut akan dihadiri oleh ketua dari kedua kubu. Dia juga menegaskan, tidak akan ada kepengurusan baru, sebab kerjasama yang dilakukan hanya untuk urusan pilkada saja.