Oleh: Abdillah Onim, Relawan Indonesia di Gaza, Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tak terasa lima tahun berlalu saat Israel menyerang Kapal kemanusiaan Mavimarmara. Upaya zionis tersebut tak akan pernah menyurunkan niatan umat Islam membantu rakyat Gaza yang ditindas.
Saya dan Aktivis Indonesia lainnya sudah berada di Istanbul, Turki satu minggu sebelum Kapal Mavimarmara yang rencananya akan bertolak menuju kota Antalya, Selatan Turki.
Waktu masih berada di Indonesia, saya pernah sampaikan,"Wah kita nekad nih ikut misi pelayaran Freedom Flotilla dengan tujuan haluan kapal yaitu pelabuhan Gaza, saya sangat yakin kapal yang akan kita tumpangi membawa kita ke Gaza bakal di tembak oleh militer Angkatan Laut Israel,"kataku.
Walau memang ada sembilan unit kapal, terdiri dari 3 kapal penumpang yaitu kapal Mavimarmara 546 orang, kapal Sfendoni, kapal Chalengger serta 6 kapal Cargo yang membawa barang bantuan bagi warga Gaza seperti sandang, pangan, obat-obatan, bahan bangunan, mainan anak-anak, generator listrik serta bantuan lainnya yang memang sangat dibutuhkan oleh 1,5 juta jiwa (periode 2010) kini jumlah warga Gaza Bertambah menjadi 2 juta jiwa.
Saya sangat mengenal kondisi Gaza khususnya dari segi keamanan yaitu sangat beresiko dan sangat tidak aman, karena sebelum mengikuti pelayaran kapal Mavimarmara saya sudah pernah masuk Gaza di tahun 2009 usai agresi Israel ke Gaza pada akhir tahun 2008, yang warga Gaza menyebutkan perang Alfurqon, dalam Agresi Israel tersebut menewaskan lebih dari 1600 warga Gaza tewas, dan puluhan mengalami luka luka.
Pada tahun 2009, saya berada di Gaza, berbaur dengan masyarakat Gaza, para petani serta nelayan saya bergaul juga warga sipil, sore hari saya rutin ke pantai menyaksikan aktivitas para nelayan Gaza, mereka ditembaki oleh militer Israel, nasib nelayan Gaza hanya dua kemungkinan yaitu pulang membawa hasil tangkapan yaitu ikan untuk anak istri mereka atau mereka jual atau pulang tinggal nama karena tewas dilaut akibat di tembak Israel atau ditangkap langsung dijebloskan kepenjara, tanpa kejelasan informasi.
Coba bayangkan warga asli Palestina, mereka mencari sesuap nasi di tanah kelahiran mereka sendiri, di laut mereka sendiri, mereka dibunuh oleh penjajah, bagaimana dengan kita warga asing, pendatang, mengatasnamakan aktivis, mengantar bantuan kemanusiaan ya pasti di tembak oleh militer Israel.
Dalam benak dan hati kecil saya, selama kita berbuat baik dan iklas karena Allah SWT Insya Allah pasti ada kemudahan, dan kalaupun terjadi sesuatu dengan diri saya maka inilah resiko dari perjuangan membela rakyat Palestina dan usaha membebaskan kiblat pertama Islam dunia yaitu Masjid Alaqso almubarok (baca Surat Al Isro'), bismillah tawakaltu alallah saja.