Oleh: Abdillah Onim, Relawan Indonesia di Gaza, Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Belum kelar Shalat Subuh kapal kami mulai diserang secara brutal, di masing masing buritan luar kapal terlihat puluhan kapal speed boat Angkatan laut militer zionis Israel lengkap senjata berat seakan siap tempur di medan pertempuran.
Tembakan peluru karet dan peluru asli menghujani bodi kapal, mereka menembaki ke arah kami, sedangkan persis di atas kepala kami terdengar suara pesawat heli dan pesawat Apache, pesawat pesawat itu mendekati lantai atas kapal untuk menurunkan pasukan Israel melalui tali.
Panik, bingung harus berbuat apa karena yang kami hadapi adalah pasukan elite bersenjata lengkap, sedangkan kami hanya tangan kosong, takbir bergema memecah heningnya malam di lautan Cyprus dan perairan internasional. Takbir allahu Akbar tak pernah berhenti, tembakan militer Israel kian brutal, Dalam hati mungkin disinilah akhir hayatku, bakal mati di atas kapal ini, dari pada mati tanpa perlawanan, harus berbuat sesuatu minimal melawan.
Dengan gagahnya saya mencoba mencabut pagar besi didepan saya sembari teriak Allahu Akbar, tak tercabut besi tersebut, kuulangi dengan usaha yang sama, gagal karena las besi sangat kuat, tak jauh dari saya berdiri terlihat bangku kayu, saya angkat bangku tersebut, dan saya lemparkan ke arah zionis, sebelah kanan saya ada tempat sampah.
Juga saya lemparkan ke arah zionis, ada satu lagi sisa amunisi persis depan saya ada ban mobil truk lumayan besar, juga ku arahkan ke militer zionis. Tembakan Israel tak berhenti bahkan kian brutal. Dalam hatiku kok saya masih hidup.
Abdillah..di badan kamu terdapat beberapa titik merah, di jidat mu juga terdapat titik merah, titik merah maksudnya apa? Tanyaku pada seorang teman, itu titik merah laser berasal dari senjata, setelah saya membalikkan badan kearah teman saya, ternyata di lantai atas terlihat militer sudah membidik saya, perlahan kusandarkan tubuh ke dinding kapal.
Panitia memerintahkan kepada semua Aktivis untuk tenang dan jangan melawan atau membalas, setelah itu tembakan brutal dari Israel kian berkurang, posisi saya masih bersandar di dinding kapal dan perlahan berjalan menyamping arah kiri menyusuri dinding kapal, dor dor dor ada seorang pemuda persis depan saya tertembak dibagian kepala dan paha secara beruntun, alhamdulillah hanya peluru karet.
Pemuda tersebut saya tarik bajunya untuk ikut bersandar ke dinding kapal, perlahan jalan menyamping dan kami berhasil masuk ke dalam kapal. Begitu masuk kapal, turun tangga menuju lantai bawah, berhasil bertemu dengan para relawan asal Indonesia dan Malaysia, darah dimana mana, para korban yang di tembak oleh Israel tergeletak dimana di lantai kapal.
Tim medis sibuk melakukan tindakan medis, 2 orang relawan asal Indonesia menjadi korban, saya bertemu dengan mas Okvianto ( Ralewan Kispa) tertembak di tangan, saya juga bertemu dengan Mas Surya ( Majalah Hidayatullah) tertembak di dada, saya duduk di samping mas Surya dan dibagian hidung mulut terpasang masker oksigen sembari saya tekan luka bekas tembakan untuk menghindari pendarahan.
Di depan saya seorang ibu menangis sembari memegang kepala jenazah yang tertutup oleh bendera Turkey dan bendera Palestina, ternyata yang terbujur kaku itu adalah suaminya yang ditembak oleh zionis Israel persis di kepalanya.
Dalam pembantaian dan tragedi kapal Mavimarmara menewaskan 10 orang relawan asal Turkei, serta melukai lebih dari 60 orang relawan dan 2 diantaranya berasal dari Indonesia.
Tembakan brutal berhenti, semua Relawan di Ikat dan di jemur di lantai atas kapal, saat antri untuk menjalani pemeriksaan diatas kapal, 2 militer zionis bertanya pake bahasa Inggris, Where Are you from ? Indonesia..are you Indonesian Army (apakah kamu militer Indonesia) sembari mengarahkan moncong senjata ke dada, saya diam kunci mulut.
Secara tampilan saya karena postur tubuh saya tinggi, rambut cepak ala militer, mengenakan kameja warna hijau, celana warna hijau, sepatu coklat. Setiap Relawan yang dianggap berbahaya bagi militer zionis Israel maka tanganya diletakkan kebagian belakang dan kedua tangan diikat.
Jika relawan yang tidak berbahaya maka tangannya di letakkan dibagian depan dan diikat, nah kalau saya kategori relawan yang tidak berbahaya, tidak melawan dan tetap diam jadi tangan diletakkan dibagian depan dan diikat..ujung ujungnya ikat ikat juga.